Powered By Blogger

Senin, 31 Mei 2010

lunch Bareng di Hard Rock Cafe

Waktunya Lunch......

Tugas Ujian Akhir Semester
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Preservasi dan Konservasi

makara.jpg

KELAS B
Disusun Oleh :
Ratmi Agustina (0806322275)


DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2010

PENDAHULUAN
Latar belakang pemilihan topik :
Latar belakang penulis memilih topik tentang Faktor-faktor eksternal penyebab kerusakan bahan pustaka adalah karena sangat penting bagi seorang pustakawan atau penjaga perpustakaan mengetahui sebenarnya faktor-faktor  apa yang menyebabkan kerusakan pada bahan pustaka atau koleksi perpustakaan dan bagaimana cara mengatasi kerusakan bahan pustaka tersebut. Selain itu Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka di sini berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide dan sebagainya.
Signifikasi :
Artikel tersebut sangat bermanfaat karena dari artikel tersebut penulis mendapatkan banyak informasi tentang faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada bahan pustaka dan membantu memberikan informasi kepada pustakawan atau penjaga perpustakaan untuk melindungi koleksi-koleksi bahan pustaka dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Artikel tersebut memandu penulis dalam membuat makalah atau laporan dalam menguraikan atau mengungkapkan penyebab kerusakan pada koleksi bahan pustaka.
Permasalahan :
  1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada bahan pustaka ?
  2. Siapakah yang harus memperbaiki atau mengkonservasi bahan pustaka yang rusak ?
  3. Mengapa kerusakan bahan pustaka bisa terjadi ?
  4. Dimana seharusnya menyimpan koleksi bahan pustaka agar tidak terpengaruh oleh faktor eksternal kerusakan bahan pustaka ?
  5. Kapan sebaiknya Preservasi dan Konservasi dilakukan untuk mengurangi kerusakan pada koleksi bahan pustaka ?
  6. Bagaimana hubungan manusia dengan kerusakan bahan pustaka ?
BAB I
FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KERUSAKAN
A.    Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
Definisi Kondisi Rusak                                                                                                          Kondisi rusak didefinisikan sebagai menurunnya kualitas yang dimiliki oleh suatu bahan pustaka sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, yangdapat disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor penyebab kerusakan bahan pustaka
Ada tiga kelompok faktor penyebab kerusakan yang menjadi masalah dalam pelestarian bahan pustaka, yaitu :
Pertama, karakteristik bahan pustaka itu sendiri : Umumnya bahan pustaka mempunyai sifat kimia dan sifat fisik yang tidak stabil. cepat atau lambatnya kerusakan bahan pustaka bervariasi. mulai dari kertas yang tahan beratus-ratus tahun sampai pada kertas yang rapuh hanya dalam waktu 10 tahun. negatif foto yang terbuat dari lembaran kaca yang dilapisi emulsinya cukup stabil tapi mudah pecah sampai dada negatif foto yang terbuat dari poliester yang lapisan emulsinya mudah buram, tapu sangat sukar robek.
Kedua, tiap-tiap tipe bahan pustaka mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh lingkungan tergantung dari karakteristik dan struktur dari tiap- tiap komponen yang ada di dalamnya. temperatur yang tinggi akan menyebabkan kertas menjadi getas. cahaya akan memutuskan ikatan rantai kimia pada serat sclulosa. pencemar udara seperti kulfur dioksida akan menyebabkan kertas asam sehingga menjadi rapuh.
Kelompok penyebab kerusakan yang ketiga adalah yang berasal dari manusia, terutama karena penggunaan dan penanganan yang salah, teknik penjilidan yang kurang memenuhi syarat, serta prosedur penyusunan di rak yang kurang rapi dan lain-lain.

Faktor eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor luar dari buku, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu, faktor manusia dan faktor bukan manusia. Faktor manusia, yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan pemanfaatan dan perlakuan terhadap bahan pustaka yang kurang tepat. Manusia, meliputi pustakawan sebagai orang yang memberikan layanan, dan pengguna yang terdiri dari mahasiswa, dosen, karyawan dan pihak luar. Larangan membawa makanan, minuman ke dalam ruang perpustakaan bukan merupakan hal yang tanpa alasan, sebab ceceran sisa makanan atau kandungan inyak, jika menempel pada buku akan mengundang serangga atau tikus. Pengguna perpustakaan kadang melipat halaman bagian yang dianggap penting, akan menyebabkan cepat rusaknya buku tersebut. Sedangkan faktor dari luar dapat dibagi menjadi dau faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor manusia.
Faktor Lingkungan
Seperti bahan organik lainnya, kertas merupakan bahan yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan , terutama jika kertas mengandung asam, lignin dan hemiselulosa.
1.      Suhu (Temperatur) dan kelembaban udara
Kelembaban niosbi atau relative humidity dapat didifinisikan sebagai perbandingan antara berat uap air yang terkandung dalam udara pada volume tertentu dengan kandungan uap air maksimum yang dapat diserap oelh udara pada volume dan temperatur yang sama. Udara panas dapat menyerap lebih banyak uap air. Jika dibandingkan dengan udara dingin. Oleh sebab itu kelembaban udara akan naik jika temperatur turun dan sebaliknya kelembaban udara akan turun jika temperatur naik selam kandungan uap air tidak berubah.
Jumlah kandungan uap air dalam udara sangat penting diketahui karena dengan adanya uap air ini akan menambah kecepatan reaksi yang akan memacu kecepatan pelapukan bahan pustaka. Seperti hidrolisa asam dalam kertas akan bertambah cepat jika temperatur dan kelembaban tinggi. Kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menimbulkan beberapa masalah. kombinasi antara temperatur yang tinggi dan kelembaban yang tinggi akan menyuburkan pertumbuhan jamur dan serangga. pada keadaan kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tinta yang larut dalam air akan menyebar dan kertas pada buku akan saling menempel, yang akan sulit dilepas pada saat kering. Sebaliknya jika kelembaban udara terlalu rendah, menyebabkan kertas menjadi kering dan garis serta sampul yang terbuat dari kulit akan menjadi keriput. Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan kelembaban. Fluktuasi yang sangat drastis akan besar pengaruhnya terhadap kerusakan kertas, karena kertas akan mengendor dan menegang. Jika hal ini terjadi berulang kali, akan memutuskan ikatan rantai kimia pada serat selulosa. Suhu dan kelembabab udara ini sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara.
2. Serangga dan binatang pengerat
Mahluk hidup seperti jamur, serangga dan binatang pengerat dapat merusak bahan pustaka. Spora jamur selalu ada dalam udara. Spora ini akan tumbuh jika, kondisi memungkinkan. kondisi yang hangat dengan temperatur antara 320-350 dan kelembaban di atas 70% RH, gelap dan sedikit sirkulasi udara, jamur akan tumbuh dengan subur. jamur ini akan melemahkan kertas dan menimbulkan noda permanen. Serangga dan binatang pengerat memakan serat dan bahan organik lainnya pada bahan pustaka. Serangga yang biasa menyerang bahan pustaka adalah kacoa, silverfish, book lice. book worm dan rayap. Serangga ini memilih hidup di tempat- tempat yang hangat, gelap dan lembab. Serangga ini memakan bahan pustaka pada malam hari pada saat orang tidak ada. kerusakan yang ditimbulkan biasanya tidak dapat dikembalikan seperti semula, karena ada bagian-bagian yang hilang atau berlubang. binatang pengerat merusak bahan pustaka karena dimakan dan dipakai untuk membuat sarang. Binatang ini biasanya meninggalkan kotoran yang menyebabkan bahan pustaka menjadi kotor.
3. Kuat lemahnya cahaya
Cahaya atau energi radiasi juga mempunyai efek pada bahan pustaka. Vahaya akan mempercepat oksidasi dari melekol selulosa sehingga rantai ikatan kimia pada moleksul tersebut terputus. Cahaya mempunyai pengaruh pengelantang, menyebabkan kertas menjadi pucat dan tinta memudar. Karena pengaruh cahay ini, lignin pada kertas akan bereaksi dengan komponen lain sehingga kertas berubah menjadi kecoklatan.
Sinar tampak dalam cahaya dapat merusak bahan pustaka, akan tetapi sinar ultra violet yang tidak tampak lebih reaktif dan lebih merusak. Radiasi ultra violet dengan panjang gelombang antara 300-400 nanometer menyebabkan reaksi fotokimia, radiasi ultra violet ini berasal dari cahaya matahari (25%) dan lampu TL (3-7%). Kerusakan karena cahaya sangat tergantung dari panjang gelombang dan makin lama waktu pencahayaan kertas makin cepat rusak. Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Kita tahu bahwa cahaya matahari maupun cahaya lampu listrik mengandung sinar ultra violet. Ultra violet inilah yang dapat menyebabkan rusaknya kertas/buku. Perhatikanlah kertas yang langsung kena sinar matahari, warnanya akan cepat berubah dan semakin suram.
4. Perabot dan peralatan
Perabot yang berhubungan langsung dengan buku/bahan pustaka adalah rak. Jumlah rak jika kurang sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan buku bertumpuk pada rak tersebut. Ukuran rak yang tidak sesuai dengan ukuran buku, dan penempatan yang terlalu rapat, dapat menyebabkan bahan cepat rusak. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan buku dari ruang ke ruang lain atau dari lantai bawah ke lantai atas pada gedung perpu Ada dua model dalam usaha pelestarian, yaitu pelestarian bentuk fisik dokumen dan pelestarian nilai informasinya. Model pertama terlaksana dengan pengurangan tingkat keasaman kertas, laminasi, enkapsulasi, penjilidan, restorasi dan dokumen lain-lain. Sedang model kedua dengan cara mengalihkan bentuk atau medianya. Informasinya tidak hilang walaupun media atau bentuk pembawa informasinya diubah dari kertas ke bentuk lain yang dianggap lebih efektif dan efisien, seperti bentuk mikro (microform), video disk (CD), pita magnetik dan lain-lain.
5.  Pencemaran Udara
Pencemaran udara seperti gas sulfur dioksida, gas hidrogen sulfida dan gas nitrogen oksida yang berasal dari hasil pembakaran minyak bumi dari pabrik dan kendaraan bermotor dapat merusak bahan pustaka. sulfur dioksida dan nitrogen oksida.

6. Bencana Alam
Bencana alam seperti kebanjiran, gemba bumi, kebakaran dan kerusuhan merupakan faktor yang sangat sulit dielakkan. Bencana alam ini dapat memusnahkan bahan pustaka dalam waktu singkat. Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan air hujan adalah timbulnya noda oleh jamur dan kotoran yang dibawa oleh air. Noda yang ditimbulkan oleh jamur ini sangat sakit di hilangkan karena jamur berakar di sela-sela serat kertas.
Faktor Manusia
Faktor penyebab yang besar bagi kerusakan bahan pustaka dimungkinkan karena keterlibatan manusia. Keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung (misalnya : pencurian pengrusakan, penanganan yang kurang hati-hati) atau kerusakan secara tidak langsung misalnya memproduksi kertas dengan kualitas rendah, mutu jilidan yang rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan penguna perpustakaan.
1. Kualitas Kertas
Ada beberapa faktor kerusakan yang harus diperhatikan di dalam usaha pelestarian bahan pustaka yang terbuat dari kertas. Faktor utama kerusakan dimaksud ialah mutu kertas itu sendiri, selain faktor-faktor kondisi penyimpanan, penjilidan dan seringnya dipakai atau dipinjam. Kwalitas kertas yang baik untuk bahan pustaka dan arsip tidak sama dengan kualitas yang secara fisik terlihat baik. Menurut para ahli, kualitas kertas yang baik sebagai bahan pustaka dan arsip adalah kertas yang bebas dari senyawa-senyawa asam dan lignin.
Senyawa Asam
Kandungan senyawa asam didalam kertas akan mempercepat akan mempercepat reaksi hidrolisis, sehingga mempercepat pelapukan (kerusakan) pada kertas. senyawa-senyawa asam banyak terbetuk didalam industri kertas pada proses- proses penghancuran batangkayu menjadi bubur kertas (pulp), proses sizing (proses dimana agar tinta yang dipakai tidak mengembang pada kertas) , proses pemutihan kertas serta tinta yang dipakai sebagai alat tulis.


Lignin
Lignin adalah zat yang banyak terkandung didalam serat-serat selulosa pada kayu. Kertas yang banyak mengandung lignin akan merubah warna kertas dari putih menjadi kuning kecoklatan dan kertas menjadi lapuk. Asam dan lignin banyak dijumpai pada kertas modern yaitu kertas yang diproduksi setelah tahun 1850. pada tahun 1850 ini, dikenal pembuatan kertas dengan proses pulp, yakni proses pembuatan kertas dengan memakai bahan baku kayu dan memakai senyawa-senyawa kimia sebagai bahan tambahannya. Sedangkan yang disebut kertas kuno yaitu kertas yang diproduksi sebelum tahun 1850, dibuat dari bahan kayu kapas atau serat-serat tumbuhan yang tidak mengandung lignin sedang zat tambahannya dibuat dari bahan-bahan alami yang relatif sedikit mengandung senyawa asam, sehingga kertas kuno relatif lebih tahan lama dan kuat dari pada kertas modern.
Kurangnya pengetahuan pada masyarakat mengenai kualitas kertas yang baik untuk bahan pustaka dan arsip serta pentingnya perana bahan pustaka dan arsip sebagai media informasi dimasa mendatang, dan keterbatasan dana yang ada, mengakibatkan sering kita temui bahan pustaka dan arsip yang belum lama disimpan sudah dalam kondisi yang kurang baik, kertasnya rapuh dan berupah warna menjadi kuning kecoklatan, bahkan ada pula yang hancur sama sekali. dengan hancurnya kertas tersebut, berakibat hancur pula informasi yang masih diperlukan yang terkandung didalamnya dan hal ini tentunya merupakan kerugian yang tak ternilai
Faktor Eksternal Penyebab Kerusakan Kertas :
1.      Sifat keasaman dari beberapa jenis kertas dan sifat dari lapisan penghasil gambar halida perak dari suatu foto yang sensitif dengan cahaya.
2.      Kekuatan panas, kelembaban, cahaya, senyawa (substansi) biologi (jasad renik/mikroorganisme seperti jamur, serangga dan binatang pengerat),
3.      Manusia dan polutan atmosfir
4.      Bencana
Faktor Eksternal Penyebab Kerusakan pada Foto :
1.      Proses material foto yang tidak memadai
2.      Proses pencucian yang tidak benar
3.      Polutan atmosfir pada material foto seperti hidrogen sulfida, amoniak, sulfur oksida, dan ozon
4.      Temperatur, kelembaban , dan keasaman yang tinggi
5.      Penyimpanan di dalam atau dengan material yang mengandung asam.
Faktor Eksternal Penyebab Kerusakan pada Rekaman Suara
1.      Tekanan fisik
2.      Temperatur yang terlalu rendah dan terlalu tinggi.
3.      Jamur
4.      Debu
Faktor Eksternal Penyebab Kerusakan pada Magnetic Media
1.      Fluktuasi pada temperatur dan kelembaban relative
2.      Debu
3.      Goresan
4.      Pengaruh magnet
Penyebab Eksternal Kerusakan Bahan Pustaka
Temperatur & Kelembaban Relatif
1. Kelembaban relatif digambarkan dalam kaitannya dengan temperatur, sejumlah uap air dalam suatu volume udara yang dinyatakan sebagai prosentase dari jumlah maksimum dimana udara dapat menjaga di temperatur yang sama.
2. Semakin hangat udara, maka semakin banyak uap yang dapat dihasilkan; oleh karena itu, jika temperatur meningkat tetapi tidak ada uap tambahan yang ditambahkan kepadanya, maka kelembaban relatif akan menurun.
Penyebab Kerusakan pada Koleksi Perpustakaan
1.      Kandungan uap dan temperatur yang terlalu tinggi
2.      Jika temperatur dan kelembaban relatif terlalu tinggi
3.      Panas (dan, dingin)
4.      Kandungan uap air
5.      Perubahan temperatur yang cepat
6.      Cahaya yang terlalu tinggi (termasuk sinar ultraviolet)
7.      Polutan atmosferik
8.      Debu dan kotoran
9.      Substansi biologis (bakteri, jamur, lumut, serangga dan binatang pengerat)
Pencegahan kerusakan bahan pustaka terhadap temperatur dan kelembaban:
Kelembaban harus dijaga serendah mungkin. Sangat penting untuk memperlambat tingkat perubahan temperatur dan kelembaban relatif.
Batas Temperatur & Kelembaban Relatif
a.       Kelembaban relatif dibawah 30% diperkirakan akan berbahaya karena mengeringkan material sehingga menjadi rapuh, sedangkan jika kelembaban relatif diatas 75 % tidak dapat diterima karena kemungkinan pertumbuhan jamur meningkat dengan pesat. Tingkat kelembaban relatif yang sesuai harus dijaga pada sekitar 47 % ± 2 %,
b.      Tingkat temperatur harus dijaga pada sekitar 20 derajat Celcius ± 2 derajat celcius.
Hubungan Manusia dengan Kerusakan Bahan Pustaka
1.      Pertumbuhan populasi dan penggunaan material perpustakaan yang meningkat
2.      Sikap terhadap buku dan koleksi bahan pustaka perpustakaan
3.      Teknologi baru
4.      Penyalahgunaan dan penanganan yang salah. 

Pencegahan kerusakan pada koleksi bahan pustaka
1.      Mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya :
Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk menerangi perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam cahaya terdapat bermacam- macam sinar, akan tetapi yang merusak bahan pustaka kertas adalah sinar ultra violet. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik langsung atau pantulan harus dihalangi dengan gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultra violet dari lampu tersebut dengan memasang filter pada lampu TL.
2. Mencegah kerusakan karena pencemaran Udara :
Bahan pencemar udara seperti gas-gas pencemar, partikel debu dan logam yang merusak kertas dapat dikurangi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Ruangan menggunakan AC, karena dalam AC terdapat filter untuk menyaring udara dan ruangan ber AC selalu tertutup sehingga mengurangi debu.
b.      Di dalam ruangan dipasang alat pembersih udara (air cleaner). Di dalam alat ini terdapat karbon aktif yang dapat menyerap gas pencemar dan terdapat filter untuk membersihkan udara dari debu.
c.       Menyimpan buku dalam kotak pelidnung.
3. Mencegah kerusakan karena faktor Biota (serangga dan jamur)
Tindakan preventif untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan pustaka secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan buku-buku tidak disusun terlalu rapat pada rak karena menghalangi sirkulasi udara. Untuk mencegah menurnya jamur dan serangga dari luar, sebaiknya buku- buku yang baru dibeli atau baru diterima pihak lain difumigasi terlebih dahulu sebelum disimpan bersama-sama denganbuku yang lainnya. Pada rak diletakkan bahan-bahan yang berbau untuk mengusir serangga seperti kanfer, naftalen, paradichloro benzena atau PBC.
4. Mencegah kerusakan karena rak dan lemari yang tidak memenuhi syarat (perabot dan peralatan)
Rak dan lemari yang dipakai utnuk menyimpan bahan pustaka harus terbuat dari bahan anti serangga dan tahan karat. Rak dan lemari ini juga harus sesuai dengan ukuran bahan pustaka yang akan disimpan. Buku-buku yang besar dan tebal harus direbahkan di atas rak untuk menhindari kerusakan secara fisik. Peta-peta harus dihampirkan dalam laci-laci yang sesuai dengan ukurannya.
6. Mencegah kerusakan karena bencana Alam :
Bahan pustaka yang kehujanan atau kebanjiran harus secepatnya dikeringkan dalam ruangan hangat. Koleksi ini tidak boleh dijemur di panas matahari. Tindakan preventif untuk mencegah kebakaran adalah :
Kabel listrik harus diperksi secara berkala
Bahan yang mudah terbakar harus dijauhkan dari bahan pustaka
Alarm seperti smoke delector harus dipasang utnuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran.
Alat pemadam apa harus diletakkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau. Alat pemadam kebakaran ini harus berupa gas karbon dioksida, bukan air.

Pencegahan kerusakan karena faktor manusia
Manusia merupakan perusak bahan pustaka yang cukup besar. Pengaruh ini dapat bersifat tak langsung seperti pencemar udara atau mutu kertas yang rendah yang dihasilkan oleh indutri kertas dan dapat bersifat langsung seperti kebakaran, kecurian dan salah penanganan. Kerusakan lain pada bahan pustaka adalah rendahnya standard mutu penjilidan. Teknologi tinggi seperti penggunaan AC yang tidak kontinu malah akan mempercepat kerusakan bahan pustaka. Pelaksanaan fotocopy yang tidak benar juga akan merusak bahan pustaka. Teknik penanganan yang salah dapat menimbulkan kerusakan fisik. Sedangkan salah pengolahan seperti penyimpanan bahan pustaka pada tempat yang mengandung resiko, tidak dibersihkan secara berkala akan menimbulkan kerusakan fisik karena kotor dan bahan pustaka yang kotor disukai oleh jamur dan serangga. Kerusakan yang fatal adalah karena lalai dalam persiapan menghadapi bencana alam.


1. Penataan dan Penyimpanan
Tempat penyimpanan yang tidak memadai dan tidak memenuhi syarat akan menyebabkan kerusakan fisik dan kimia pada bahan pustaka. Tempat penyimpanan harus terbuat dari bahan yang tidak membahayakan bahan pustaka. Seperti tempat untuk menggulung dan menyimpan mikrofilm harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, cukup lebar untuk menyangga buku tanpa ada bagian buku yang menonjol. Rak yang paling bawah sekurang-kurangnya harus berada 10 cm di atas lantai utnuk menjaga kemungkinan terkena air jika ada pipa air yang bocor. Rak buku harus diletakkan pada ruangan dengan ventilasi yang baik dan jaraknya cukup supaya dapat mengambil dan mengembalikan buku dengan leluasa. Penyangga buku harus cukup lebar dan kuat agar dapat menahan buku dengan tegak.
2. Pameran :
Pemeliharaan bahan pustaka yang sedang dipamerkan adalah sangat penting. Penempatan dna disain lemari panjang harus memperhatikan beberapa faktor. Umumnya lemari panjang diperpustakaan berbentuk seperti lemari atau boks segi empat yang bagian atasnya tertutup kaca. Bahan pustaka ini perlu dilindungi dari pencurian dan vandalisme. kondisi lingkungan perlu dimonitor untuk mengetahui tingkat kelembaban dan suhu udara. Kelembaban udara tidak boleh lebih dari 60% RII. Intensitas cahaya dan kandungan ultra violet harus ditekan serendah mungkin. Jilidan buku tidak tebal ditekan terlalu kuat dan harus diletakkan di atas tatakan yang lembut tanpa ada tekanan.
3. Penjilidan
Penjilidan yang kurang baik sering diterapkan pada buku-buku perpustakan tanpa mempertimbangkan keselamatan informasi yang ada didalamnya. Pustakawan harus turut memikirkan apa yang dibutuhkan oleh buku dari jilidannya dan harus tahu tipe jilidan yang baik bagi bahan pustaka. Memotong bagian pinggir buku atau punggung buku tidak boleh dilakukan. Jilidan asli sedapat mungki harus dipertahankan. Semua bahan yang digunakan harus bebas asam, kuat dan stabil dan buku dengan kertas yang sudah rapuh tidak boleh dijilid kembali.

4. Kebersihan
Membersihkan ruangan dan bahan pustaka secara teratur merupakan pekerjaan yang penting selain pengaturan suhu dan kelembaban udara. Menjaga agar suhu dan kelembaban tetap stabil dalam suatu perpustakaan adalah tindakan preventif yang sangat efektif. Staf harus diberi informasi bagaimana cara membersihkan bahan pustaka yang benar, karena kadang-kadang staf tidak mengetahui cara membersihkan yang benar.
Monitor terhadap program pembersihan sama pentingnya dengan pembersihan itu sendiri. Pemeriksaan secara berkala pada koleksi dan fasilitas penyimpanan dapat mengetahui lebih awal kerusakna oleh serangga atau akibat kelembaban. Kebersihan dari staf dan pengguna jasa perpustakaan juga sangat penting. Tangan dan tempat kerja harus bersih untuk menjaga agar buku tidak cepat dekil.
5. Penanganan :
Cara penanganan bahan pustaka tidak dapat dilakukan dengan baik oleh setiap orang akan tetapi harus diajarkan, dibimbing dan dibiasakan. Sikap staf adalah kunci dalam menerapkan penanganan bahan pustaka yang baik dan benar. Yang lebih pentin adalah sikap mengambil kebijakan yang mempunyai komitmen bahwa pelstarian adalah bagian integral dari misi perpustakaan.  Penangganan bahan pustaka yang baik dan benar adalah program pelestarian yang murah. Melatih staf dan pengguna jasa perpustakaan adalah pekerjaan yang relatif mudah dan akan menghemat dana karena dapat mengurangi kerusakan oleh salah penanganan oelh staf dan pengguna jasa perpustakaan. Hal ini juga akan menghemat dana untuk memperbaiki dna merawat koleksi yang rusak.
a. Penanganan secara umum : Bahan pustaka harus dilindungi dari penyebab kerusakan ari luar seperti debu, air, makanan, minuman, panas langsung dn kerusakan fisik lainnya. Sebagai contohnya : cairan apa saja tidak boleh berada di dekat bahan pustaka, demikian juga panas langsung mempunyai efek terhadap kerusakan bahan pustaka. Sudut halaman tidak boleh dilipat, demikian juga tidak beleh membasahi jari dengan ludah untuk membuka halaman buku.
b. Cover buku : adalah untuk melindungi blok (teks) buku dari kerusakan fisik. Buku baru atau buku yang dijilid kembali harus dibuka secara hati-hati. Buku tidak boleh dibiarkan tertelungkup, dan jilidan tidak boleh ditekan. Tidak boleh menggunakan karet gelang untuk mengikat buku dan tidak boleh menggunakan sellotape untuk menambal buku yang robek.
c. Penataan buku pada rak (shelving) : Menata buku pada rak juga harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan. Teknik yang benar pada saat mengambil dan menata pada rak harus diberi contoh dan praktekkan. Buku sebaiknya ditata berdiri, kecuali buku yang terlalu tinggi atau terlalu lebar. Buku tidak boleh ditata miring, karena akan menyebabkan cover buku melengkung buku tidak boleh diletakkan dengan punggung di atas,karena teks buku akan terlepas dari covernya.
d. Memindahkan bhan pustaka : Bahan pustaka yang dipindahkan akan cenderung menjadi rusak,. Prosedur cara pemindahan yang benar harus dibuat utnuk mengurangi kerusakan dan staf harus dilatih dengan prosedur yang benar . Memindahkan buku biasa dilakukan dengan tangan, kotak (boxes) atau lori (kareta) bawahlah bahan pustaka semampu kita, untuk bahan pustaka dalam jumlah besar harus dibaa dengan kareta. Kareta dorong harus didisain sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan rusak. Dalam membuka bungkusan bahan pustaka harus dilakukan hati-hati, jangan menggunakan alat yang tajam.
e. Reproduksi : Kegiatan reproduksi seperti reprografi, fotografi dan fotocopy merupakan usaha  pelestarian informasi bahan pustaka namun pelaksanaan yang kurang terkendali akan dapat menimbulkan kerusakan fisik bahan pustaka, seperti jilid dan buku menjadi rusak dan bahan pustaka yang rapuh menjadi hancur.
f. Kontrol Bibliografi : Kegiatan Perawatan yang harus tetap dilaksanakan pada saat pameran. pameran tetap yang diadakan di gedung perpustakaan dan arsip biaanya berlangsung dalam waktu yang relatif lama, untuk itu kondisi ruang pameran hendaknya selalu dipantau (kelembaban, temperatur, sinar dan debu). Penempatan dan desain pameran harus dipertimbangkan dan direncanakan agar tidak terjadi pencurian dan pengrusakkan atau rusak karena salag penanganan.

6. Pencurian danVandalisme :
Yang tidak kalah pentingnya dari program pelestarian bahan pustaka adalah keamanan dari pencurian dan pengrusakan. Prosedur pengamanan dapar dilakukan dengan cara pengawasan dalam ruang baca, pemeriksaan tas, pemasangan detector pada pintu runag baca dan lain-lain.

















DAFTAR PUSTAKA
Jamridafrizal, “PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA “.     (http://www.scribd.com/doc/17622883/pelestarian-bahan-pustakaaa).

Susetyo, Tamara. “Penyebab Kerusakan Pada Bahan Pustaka”. (berdasarkan buku Ross Harvey),       (http://tamarasusetyofibui.blogspot.com/2007/09/bahan-kuliah-preservasi-dan-konservasi.html).

Pelestarian (Preservation) Bahan Pustaka di Perpustakaan”. (http://testiani170885.wordpress.com/2009/05/11/pelestarian-preservation-bahan-pustaka-di-perpustakaan/)

Pentingnya Pemahaman Preservasi bagi Pustakawan”.

Ajick.“Pelestarian, macam sifat bahan pustaka, dan latar belakang sejarahnya”. (http://pustaka.uns.ac.id)












Lampiran 1

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA
Oleh : jamridafrizal



Pengertian
Pada umumnya media yang digunakan pada bahan pustaka adalah kertas, baik dalam bentuk kuku, surat kabar, naskah, peta, gambar, dokumen dan bahan cetakan lainnya. selain dari pada itu ada juga perpustakaan yang memiliki koleksi foto dan negatif poto. dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagi perpustakaan yang telah maju sudah melengkapi koleksinya dengan bentuk mikro (mikrofilm dan mikrofish), rekaman suara, film, penyimpan data elektronik, CD-ROM dan lain-lain. semua koleksi tersebut pasti akan mengalami kerusakan. pelestarian bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi perpustakaan dalam melaksanakan jasa perpustakaan dengan mengusahakan agar kondisi bahan pustaka terpelihara sebaik mungkin dan siap pakai.
Kata preservasi (perservation) dan konservasi (conservation) yang kita sepakati diterjemahkan menjadi pelestarian berasal dari bahasa Inggris didefinisikan sebagai berikut :
Dalam kamus Inggris-Indonesia yang disusun oleh John M. Echos dan Hassan Sadily kedua kata ini mempunyai arti yang hampir sama. konservasi berarti perlindungan dan pengawetan, sedangkan preservasi berarti pemeliharaan, penjagaan dna pengawetan.
Di lingkungan perpustakaan, arsip dan muscum belum ada kesepakatan
dalam menafsirkan kedua kata tersebut. dalam buku the Principles for the
Preservation and Conservation of Library Materials yang disusun oleh J.M. Dureau
& D.W.G. Clements, preservasi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu mencakup
unsur-unsur pengelolaan, keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik dan metoda untuk melestarikan informasi dan bentuk fisik bahan pustaka. sedangkan konservasi adalah teknik yang dipakai utnuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran. akan tetapi menurut sumber lain yang menyangkup pelestarian bahan pustaka, kata konservasi mempunyai arti yang lebih luas. prinsip-prinsip konservasi yang ditulis dalam buku “Introduction to Conservation” terbitan Unesco tahun 1979, ada beberapa tingkatan dalam kegiatan konservasi, yaitu : Prevention of
deterioration, Consolidation, Restorationdan Reproduction yang masing-masing
dapat diterjemahkan sebagai berikut.
Pervention of deteroration: tidakan preventif utnyuk melindungi bahan pustaka dengan mengendalikan kondisi lingkungan dan melindungi bahan pustaka dari kerusakan lainnya, termasuk cara penanganan.
Preservation : penanganan yang berhubungan langsung dengan pada bahan
pustka. kerusakan oleh udara lembab, faktor kimiawi, serangga dan mikroorganisme
harus dihentikan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.
Consolidation : memperkuat bahan yang sudah rapuh dengan memberi
perekat (sizing) atau bahan penguat lainnya.
Restoration : memperbaiki koleksi yang telah rusak dengan jalan
menambal menyambung, memperbaiki jilidan dan mengganti bagian yang
hilang agar bentuknya mendekati keadaan semula
Reproduction : membuat kopi dari bahan asli, termasuk membuat bentuk
mikro dan foto reproduksi.
Dari uraian tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa pemakaian kita konservasi dan preservasi masih rancu. namun demikian kita anggap saja kedua kata ini mempunyai arti yang sama, yaitu pelestarian. yang selanjutnya pelestarian ini akan meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi.
II. TUJUAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA
Tujuan utama program pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan agar koleksi bahan pustaka selalu sedia dan siap pakai. hal ini dapat dilakukan dengan melestarikan bentuk fisik bahan pustaka, melestarikan kandungan informasi ke dalam media lain (alih media) seperti mikrofilm, mikrofish, foto reproduksi dan fotokopy. atau melestarikan kedua-duanya, yaitu bentuk fisik dan kandungan informasi.
III. SISTEMATIKA PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA
Untuk dapat memahami lingkup pelestarian bahan pustaka yang terdiri dari berbagai tipe dan bahan maka dibuat bagan utnuk mengelompokkan faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, hubungan antara faktor-faktor tersebut dan cara penanggulangannya.
1. Faktor penyebab kerusakan bahan pustaka
Ada tiga kelompok faktor penyebab kerusakan yang menjadi masalah dalam
pelestarian bahan pustaka, yaitu :
Pertama, karakteristik bahan pustaka itu sendiri : Umumnya bahan pustaka mempunyai sifat kimia dan sifat fisik yang tidak stabil. cepat atau lambatnya kerusakan bahan pustaka bervariasi. mulai dari kertas yang tahan beratus-ratus tahun sampai pada kertas yang rapuh hanya dalam waktu 10 tahun. negatif foto yang terbuat dari lembaran kaca yang dilapisi emulsinya cukup stabil tapi mudah pecah sampai dada negatif foto yang terbuat dari poliester yang lapisan emulsinya mudah buram, tapu sangat sukar robek.
Kedua, tiap-tiap tipe bahan pustaka mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh lingkungan tergantung dari karakteristik dan struktur dari tiap- tiap komponen yang ada di dalamnya. temperatur yang tinggi akan menyebabkan kertas menjadi getas. cahaya akan memutuskan ikatan rantai kimia pada serat sclulosa. pencemar udara seperti kulfur dioksida akan menyebabkan kertas asam sehingga menjadi rapuh.
Kelompok penyebab kerusakan yang ketiga adalah yang berasal dari manusia, terutama karena penggunaan dan penanganan yang salah, teknik penjilidan yang kurang memenuhi syarat, serta prosedur penyusunan di rak yang kurang rapi dan lain-lain.
2. Cara Penanggulangannya
Seperti halnya faktor penyebab kerusakan, cara penanggulanganya di bagi menjadi 3 kelompok untuk mengantisipasi faktor penyebab kerusakan dan akibat yang ditimbulkannya.
Kondisi bahan pustaka dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Bahan pustaka yang masih dalam keadaan baik, bahan pustaka yang sudah berpenyakit dan bahan pustaka yang sudah rusak secara fisik. utnuk bahan pustaka yang kodisinya

entuk kuku, surat kabar, naskah, peta, gambar, dokumen dan bahan cetakan lainnya. selain dari pada itu ada juga perpustakaan yang memiliki koleksi foto dan negatif poto. dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagi perpustakaan yang telah maju sudah melengkapi koleksinya dengan bentuk mikro (mikrofilm dan mikrofish), rekaman suara, film, penyimpan data elektronik, CD-ROM dan lain-lain. semua koleksi tersebut pasti akan mengalami kerusakan. pelestarian bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi perpustakaan dalam melaksanakan jasa perpustakaan dengan mengusahakan agar kondisi bahan pustaka terpelihara sebaik mungkin dan siap pakai.
Kata preservasi (perservation) dan konservasi (conservation) yang kita sepakati diterjemahkan menjadi pelestarian berasal dari bahasa Inggris didefinisikan sebagai berikut :
Dalam kamus Inggris-Indonesia yang disusun oleh John M. Echos dan Hassan Sadily kedua kata ini mempunyai arti yang hampir sama. konservasi berarti perlindungan dan pengawetan, sedangkan preservasi berarti pemeliharaan, penjagaan dna pengawetan.
Di lingkungan perpustakaan, arsip dan muscum belum ada kesepakatan
dalam menafsirkan kedua kata tersebut. dalam buku the Principles for the
Preservation and Conservation of Library Materials yang disusun oleh J.M. Dureau
& D.W.G. Clements, preservasi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu mencakup
unsur-unsur pengelolaan, keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik dan metoda untuk melestarikan informasi dan bentuk fisik bahan pustaka. sedangkan konservasi adalah teknik yang dipakai utnuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran. akan tetapi menurut sumber lain yang menyangkup pelestarian bahan pustaka, kata konservasi mempunyai arti yang lebih luas. prinsip-prinsip konservasi yang ditulis dalam buku “Introduction to Conservation” terbitan Unesco tahun 1979, ada beberapa tingkatan dalam kegiatan konservasi, yaitu : Prevention of
deterioration, Consolidation, Restorationdan Reproduction yang masing-masing
dapat diterjemahkan sebagai berikut.
Pervention of deteroration: tidakan preventif utnyuk melindungi bahan pustaka dengan mengendalikan kondisi lingkungan dan melindungi bahan pustaka dari kerusakan lainnya, termasuk cara penanganan.
Preservation : penanganan yang berhubungan langsung dengan pada bahan
pustka. kerusakan oleh udara lembab, faktor kimiawi, serangga dan mikroorganisme
harus dihentikan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.
Consolidation : memperkuat bahan yang sudah rapuh dengan memberi
perekat (sizing) atau bahan penguat lainnya.
Restoration : memperbaiki koleksi yang telah rusak dengan jalan
menambal menyambung, memperbaiki jilidan dan mengganti bagian yang
hilang agar bentuknya mendekati keadaan semula.
Reproduction : membuat kopi dari bahan asli, termasuk membuat bentuk
mikro dan foto reproduksi.
Dari uraian tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa pemakaian kita konservasi dan preservasi masih rancu. namun demikian kita anggap saja kedua kata ini mempunyai arti yang sama, yaitu pelestarian. yang selanjutnya pelestarian ini akan meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi.
II. TUJUAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA
Tujuan utama program pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan agar koleksi bahan pustaka selalu sedia dan siap pakai. hal ini dapat dilakukan dengan melestarikan bentuk fisik bahan pustaka, melestarikan kandungan informasi ke dalam media lain (alih media) seperti mikrofilm, mikrofish, foto reproduksi dan fotokopy. atau melestarikan kedua-duanya, yaitu bentuk fisik dan kandungan informasi.
III. SISTEMATIKA PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA
Untuk dapat memahami lingkup pelestarian bahan pustaka yang terdiri dari berbagai tipe dan bahan maka dibuat bagan utnuk mengelompokkan faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, hubungan antara faktor-faktor tersebut dan cara penanggulangannya.
1. Faktor penyebab kerusakan bahan pustaka
Ada tiga kelompok faktor penyebab kerusakan yang menjadi masalah dalam
pelestarian bahan pustaka, yaitu :
Pertama, karakteristik bahan pustaka itu sendiri : Umumnya bahan pustaka mempunyai sifat kimia dan sifat fisik yang tidak stabil. cepat atau lambatnya kerusakan bahan pustaka bervariasi. mulai dari kertas yang tahan beratus-ratus tahun sampai pada kertas yang rapuh hanya dalam waktu 10 tahun. negatif foto yang terbuat dari lembaran kaca yang dilapisi emulsinya cukup stabil tapi mudah pecah sampai dada negatif foto yang terbuat dari poliester yang lapisan emulsinya mudah buram, tapu sangat sukar robek.
Kedua, tiap-tiap tipe bahan pustaka mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh lingkungan tergantung dari karakteristik dan struktur dari tiap- tiap komponen yang ada di dalamnya. temperatur yang tinggi akan menyebabkan kertas menjadi getas. cahaya akan memutuskan ikatan rantai kimia pada serat sclulosa. pencemar udara seperti kulfur dioksida akan menyebabkan kertas asam sehingga menjadi rapuh.
Kelompok penyebab kerusakan yang ketiga adalah yang berasal dari manusia, terutama karena penggunaan dan penanganan yang salah, teknik penjilidan yang kurang memenuhi syarat, serta prosedur penyusunan di rak yang kurang rapi dan lain-lain.
2. Cara Penanggulangannya
Seperti halnya faktor penyebab kerusakan, cara penanggulanganya di bagi menjadi 3 kelompok untuk mengantisipasi faktor penyebab kerusakan dan akibat yang ditimbulkannya.
Kondisi bahan pustaka dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Bahan pustaka yang masih dalam keadaan baik, bahan pustaka yang sudah berpenyakit dan bahan pustaka yang sudah rusak secara fisik. utnuk bahan pustaka yang kodisinya
seperti dua kelompok yang terakhir harus dilakukan treatmen untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Treatmen ini dilakukan terhadap tiap-tiap bahan pustaka, seperti : pembersihan (cleaning), perbaikan kecil, memperbaiki jilidan, deasidifikasi, memberi perlindungan dengan membungkus, kotak pelindung, enkapsulasi, serta konservasi secara kompleks. untuk bahan pustaka yang sudah terlalu parah, kandungan informasinya yang ada di dalamnya harus dialihkan ke media lain dalam bentuk mikro.
Tidak seperti halnya treamen yang hanya ditujukan untuk memulihkan kondisi bahan pustaka yang telah berpenyakit, kelompok cara penanggulangan yang lain adalah pencegahan terhadap kerusakan karena faktor lingkungan dengan memperbaiki fasilitas dan pencegahan kerusakan karena faktor lingkungan melalui pendisikan dan pengawasan akan bermanfaat bagi semua koleksi bahan pustaka. perbaikan fasilitas meliputi pengendalian temperatus dan kelembaban udara, menyaring udara dan cahaya yang masuk, perabikan perabot dan lain-lain.
Integrasi antara ketiga cara penanggulangan kedalam suatu program yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan suatu perpustakaan akan menghasilkan rencana program pelestarian pada perpustakaan tersebut.
IV. KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
Seperti diperlihatkan dalam bagan kajian pelestarian bahan pustaka di atas, bahwa kerusakan bahan pustaka dapat disebabkan faktor dari dalam dan faktor dari luar: Faktor dari dalam bahan pustaka telah diterangkan di atas. sedangkan faktor dari luar dapat dibagi menjadi dau faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor manusia.
Faktor Lingkungan
Seperti bahan organik lainnya, kertas merupakan bahan yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan , terutama jika kertas mengandung asam, lignin dan hemiselulosa.
1. Temperatur dan Kelembaba Udara
Kelembaban niosbi atau relative humidity dapat didifinisikan sebagai perbandingan antara berat uap air yang terkandung dalam udara pada volume tertentu dengan kandungan uap air maksimum yang dapat diserap oelh udara pada volume dan temperatur yang sama. Udara panas dapat menyerap lebih banyak uap air. Jika dibandingkan dengan udara dingin. Oleh sebab itu kelembaban udara akan naik jika temperatur turun dan sebaliknya kelembaban udara akan turun jika temperatur naik selam kandungan uap air tidak berubah.
Jumlah kandungan uap air dalam udara sangat penting diketahui karena dengan adanya uap air ini akan menambah kecepatan reaksi yang akan memacu kecepatan pelapukan bahan pustaka. Seperti hidrolisa asam dalam kertas akan bertambah cepat jika temperatur dan kelembaban tinggi.
Kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menimbulkan beberapa masalah. kombinasi antara temperatur yang tinggi dan kelembaban yang tinggi akan menyuburkan pertumbuhan jamur dan serangga. pada keadaan kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tinta yang larut dalam air akan menyebar dan kertas pada buku akan saling menempel, yang akan sulit dilepas pada saat kering. Sebaliknya jika kelembaban udara terlalu rendah, menyebabkan kertas menjadi kering dan garis serta sampul yang terbuat dari kulit akan menjadi keriput.
Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan kelembaban. Fluktuasi
yang sangat drastis akan besar pengaruhnya terhadap kerusakan kertas, karena kertas
akan mengendor dan menegang. Jika hal ini terjadi berulang kali, akan memutuskan
ikatan rantai kimia pada serat selulosa.
2. Cahaya :
Cahaya atau energi radiasi juga mempunyai efek pada bahan pustaka. Vahaya akan mempercepat oksidasi dari melekol selulosa sehingga rantai ikatan kimia pada moleksul tersebut terputus. Cahaya mempunyai pengaruh pengelantang, menyebabkan kertas menjadi pucat dan tinta memudar. Karena pengaruh cahay ini, lignin pada kertas akan bereaksi dengan komponen lain sehingga kertas berubah menjadi kecoklatan.
Sinar tampak dalam cahaya dapat merusak bahan pustaka, akan tetapi sinar ultra violet yang tidak tampak lebih reaktif dan lebih merusak. Radiasi ultra violet dengan panjang gelombang antara 300-400 nanometer menyebabkan reaksi fotokimia, radiasi ultra violet ini berasal dari cahaya matahari (25%) dan lampu TL (3-7%). Kerusakan karena cahaya sangat tergantung dari panjang gelombang dan makin lama waktu pencahayaan kertas makin cepat rusak.
3. Pencemar Udara
Pencemaran udara seperti gas sulfur dioksida, gas hidrogen sulfida dan gas nitrogen oksida yang berasal dari hasil pembakaran minyak bumi dari pabrik dan kendaraan bermotor dapat merusak bahan pustaka. sulfur dioksida dan nitrogen oksida.
4. Faktor Biota
Mahluk hidup seperti jamur, serangga dan binatang pengerat dapat merusak bahan pustaka. Spora jamur selalu ada dalam udara. Spora ini akan tumbuh jika, kondisi memungkinkan. kondisi yang hangat dengan temperatur antara 320-350 dan kelembaban di atas 70% RH, gelap dan sedikit sirkulasi udara, jamur akan tumbuh dengan subur. jamur ini akan melemahkan kertas dan menimbulkan noda permanen.
Serangga dan binatang pengerat memakan serat dan bahan organik lainnya pada bahan pustaka. Serangga yang biasa menyerang bahan pustaka adalah kacoa, silverfish, book lice. book worm dan rayap. Serangga ini memilih hidup di tempat- tempat yang hangat, gelap dan lembab. Serangga ini memakan bahan pustaka pada malam hari pada saat orang tidak ada. kerusakan yang ditimbulkan biasanya tidak dapat dikembalikan seperti semula, karena ada bagian-bagian yang hilang atau berlubang. binatang pengerat merusak bahan pustaka karena dimakan dan dipakai untuk membuat sarang. Binatang ini biasanya meninggalkan kotoran yang menyebabkan bahan pustaka menjadi kotor.
5. Rak dan Lemari Buku yang tidak Memenuhi Syarat
Rak dan lemari buku yang tidak memenuhi syarat dapat merusak bahan pustak, misalnya ukuran buku lebih besar dari rak atau rak dan lemari buku yang terbuat dari material yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pustaka. Buku yang diletakkan pada rak yang lebih keil dari ukuran buku dapat mengakibatkan kerusakan fisik, seperti cover buku menjadi patah dan melengkung sehingga blok buku yang sudah rapuh akan patah dan hancur.
6. Bencana Alam
Bencana alam seperti kebanjiran, gemba bumi, kebakaran dan kerusuhan merupakan faktor yang sangat sulit dielakkan. Bencana alam ini dapat memusnahkan bahan pustaka dalam waktu singkat. Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan air hujan adalah timbulnya noda oleh jamur dan kotoran yang
dibawa oleh air. Noda yang ditimbulkan oleh jamur ini sangat sakit di hilangkan
karena jamur berakar di sela-sela serat kertas.
Faktor Manusia
Faktor penyebab yang besar bagi kerusakan bahan pustaka dimungkinkan karena keterlibatan manusia. Keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung (misalnya : pencurian pengrusakan, penanganan yang kurang hati-hati) atau kerusakan secara tidak langsung misalnya memproduksi kertas dengan kualitas rendah, mutu jilidan yang rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan penguna perpustakaan.
1. Kualitas Kertas
Ada beberapa faktor kerusakan yang harus diperhatikan di dalam usaha pelestarian bahan pustaka yang terbuat dari kertas. Faktor utama kerusakan dimaksud ialah mutu kertas itu sendiri, selain faktor-faktor kondisi penyimpanan, penjilidan dan seringnya dipakai atau dipinjam.
Kwalitas kertas yang baik untuk bahan pustaka dan arsip tidak sama dengan kualitas yang secara fisik terlihat baik. Menurut para ahli, kualitas kertas yang baik sebagai bahan pustaka dan arsip adalah kertas yang bebas dari senyawa-senyawa asam dan lignin.
Senyawa Asam
Kandungan senyawa asam didalam kertas akan mempercepat akan mempercepat reaksi hidrolisis, sehingga mempercepat pelapukan (kerusakan) pada kertas. senyawa-senyawa asam banyak terbetuk didalam industri kertas pada proses- proses penghancuran batangkayu menjadi bubur kertas (pulp), proses sizing (proses dimana agar tinta yang dipakai tidak mengembang pada kertas) , proses pemutihan kertas serta tinta yang dipakai sebagai alat tulis.
Lignin
Lignin adalah zat yang banyak terkandung didalam serat-serat selulosa pada kayu. Kertas yang banyak mengandung lignin akan merubah warna kertas dari putih menjadi kuning kecoklatan dan kertas menjadi lapuk.
Asam dan lignin banyak dijumpai pada kertas modern yaitu kertas yang diproduksi setelah tahun 1850. pada tahun 1850 ini, dikenal pembuatan kertas dengan proses pulp, yakni proses pembuatan kertas dengan memakai bahan baku kayu dan memakai senyawa-senyawa kimia sebagai bahan tambahannya. Sedangkan yang disebut kertas kuno yaitu kertas yang diproduksi sebelum tahun 1850, dibuat dari bahan kayu kapas atau serat-serat tumbuhan yang tidak mengandung lignin sedang zat tambahannya dibuat dari bahan-bahan alami yang relatif sedikit mengandung senyawa asam, sehingga kertas kuno relatif lebih tahan lama dan kuat dari pada kertas modern.
Kurangnya pengetahuan pada masyarakat mengenai kualitas kertas yang baik untuk bahan pustaka dan arsip serta pentingnya perana bahan pustaka dan arsip sebagai media informasi dimasa mendatang, dan keterbatasan dana yang ada, mengakibatkan sering kita temui bahan pustaka dan arsip yang belum lama disimpan sudah dalam kondisi yang kurang baik, kertasnya rapuh dan berupah warna menjadi kuning kecoklatan, bahkan ada pula yang hancur sama sekali. dengan hancurnya kertas tersebut, berakibat hancur pula informasi yang masih diperlukan yang terkandung didalamnya dan hal ini tentunya merupakan kerugian yang tak ternilai
2. Salah Penanganan
Cara penanganan yang salah dan kurang hati-hati baik yang dilakukan oleh
staf maupun pengguna dapat menyebabkan bahan pustaka menjadi rusak.
Penanganan yang baik tidak dilakukan secara alamiah tetapi diajarkan. Sikap staf yang hati-hati dalam memperlakukan bahan pustaka meruapakan contoh dan bukti pentingnya tindakan tersebut. penanganan ini diatarannya adalah penyusunan (shelving), sirkulasi perpindahan (transif), menggunakan dan membaca bahan pustaka dan lain-lain.
a. Penanganan secara umum : Bahan pustaka hendaknya dilidungi dari kerusakan yang disebabkan karena faktor ekternal, seperti debu, air, makanan dan minuman, sinar dan pemanas secara langsung. Bahan pustaka hendaknya tidak ditinggalkan dalam keadaan terbuka, membuka buku baru dari tepi dan membuka halaman yang masih melekat satu dengan yang lainnya menggunakan tangan.
b. penyusunan (shelving) : tindakan kurang hati-hati pada saat penyusunan akan menyebabkan bahan pustaka menjadi rusak. menyusun buku terlalu padat dalam rak akan merusak punggung buku dan sulit dalam pengambilan (mis. satu buku diambil, buku lain akan jatuh). menyadarkan bukti yang terbaik adalah dalam keadadan tegak lurus, tidak bertumpu pada punggung, tepi atau jahitan buku. meletakan buku tengkurap (bertumpu pada muka buku) akan menyebabkan isi buku terlepas dari sampul depan. Jarak vertikel antara rak yang terlalu dekat akan menambah kerusakan pada bagian kepala (atas) buku yang tinggi dalam selama penyusunan (shelving).
c. Perpindahan atau transit : perpindahan buku atau bahan pustaka lain antara rak, antara ruang, antara perpustakan atau antara kota biasanya menggunakan peralatan tangan, kotak (box) atau lori (book-truck). bahan pustaka hendaknya disusun dalam rak sedemikian rupa sehingga tidak merusak jilidan atau isi buku. pengangkutan terlalu banyak dalam suatu waktu dapat menyebabkan buku berjatuhan. hendaknya dilakukan secara hati-hati. kerusakan bbertambah apabila tidak menggunakan perosedur dan perawatan yang baik serta pengawasan secara teratur.
d. Kontrol bibliografi : kontrol bibliografi yang terdiri dari dua aktivitas yaitu kata logisasinya dan klasifikasi merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan sehubungan dengan program pelestarian. Bila sebuah buku yang terdapat dalam koleksi perpustakaan dalam keadaan rusak, hendaknyanya dipastikan ada kopi dari buku tersebut dalam kondisi yang lebih baik atau dibuatkan mikrofilmnya. Seadainya hal tersebut tidak mungkin, hendaknya dipastikan pula apakahkah perpustakaan lain memiliki copi atau mikrofilmnya. pengecekan tersebut terjadi hanya bila diadakan kegiatan kontrol bibliografi (bibliografhy control).
e. Repreduksi : Kegiatan repreduksi seperti mikrografi, fotografi dan fotocopy merupakan upaya melestarikan bahan pustaka, namun pelaksanaan yang kurang terkendali dapat menyebabkan jalidan bahan pustaka menjadi rusak dan bahan pustaka rapuh menjadi hancur.
f. Koleksi Langka : koleksi langka membuthkan penanganan yang lebih hati-hati karena sifat kelangkaannya, sulit dalam pengantian, nilai budaya, sejarah atau nilai-nilai lain yang dikandungnya. Pengawasan secara terus menerus terhadap pengguna perlu dilakukan untuk menjamin keamanan dari kehilangan dan perlakukan yang dapat merusak bahan pustaka.
g. Pameran : Kegiatan perawatan yang harus tetap dilaksanakan pada saat pameran. Pameran tetap yang diadakan di gedung perpustakaan dan arsip biasanya berlangsng dalam waktu yang relatif lama, untuk itu kondisi ruang pameran hendaknya selalu dipantau (kelembaban, temperatur, sinar dan debu). Penempatan dan desain pameran harus diperhitungkan dan direncanakan agar tidak terjadi pencurian dan pengrusakkan atau rusak karena salah penanganan.
h. Kebaikan kerusakan kecil pada bahan pustaka : Buku atau bahan pustaka yang robek, halaman terlepas dari blok buku menyatukan lembaran-lembaran lepas biasanya menggunakan slotape atau lakband. Perlakuan ini adalah tidak benar, karena bahan tersebut justru akan merusak bahan pustaka tersebut. Demikian pula halnya dengan penggunaan karet gelang sebagai pengikat bahan pustaka yang lepas atau rusak
3. Mutu Jilidan
Untuk mendapatkan jilidan haruslah dipikirkan maksud dan tujuan serta
bentuk jilidannya.
Umumnya pustakawan menginginkan bentuk jilidan yang kuat tanpa memiliki kesesuaiannya sehingga sering sekali justru dapat menyebabkan kerusakan. Menjahit kembali akan menghasilkan jilidan yang kuat, namun dengan menjahit kembali kadang kala buku-buku menjadi tidak dapat dibuka secara punuh. Oleh karena itu sedapat mungkin jahitan asli tetap dipertahankan.
Memotong bagian tepi buku biasanya dilakukan agar hasil jilidan terlihat rapih, tetapi bila suatu saat buku tersebut harus dijilid kembali maka volume buku aka berkurang bahkan memungkinkan hilangnya sebagian tulisan.
Penggunaan bahan jilidan seperti katon, kertas pelindung yang mengandung asam dan lignin yang akan menyebabkan bahan kerusakan menjadi rapuh dan lemah. Karena asam yang terdapat pada karton dan lembar pelindung akan berpiindah kedalam buku.
4. Penyimpangan
Kesalahan dapam penyimpanan barang dan peralatan dapat menyebabkan kerusakan fisik dan kimia. Kondisi ruang yang tidak sesuai akan penyebab tumbuhan jamur meningkatkan kandungan asam dan tempat bersarangnya serangga, tikus maupu mikroorganisme lainnya akan merugikan.
Kondisi rak penyimpanan yang kurang sesuai, misalnya kurang kuat, mudah terbakar, mempunyai sudut dan tepi yang tajam akan menyebabkan kerusakan. memaksakan penyimpanan buku yang lebih tinggi dari lebar rak, akan merusakan jilidan dan kertas menjadi robek, begitu pula buku-buku yang lebarnya tidak sesuai, mengakibatkan buku akan terjuntai dan menjadi rusak.
5. Pemakaian yang berlebihan
Bahan pustaka yang sering dipakai atau dipinjamkan akan menyebabkan jilidan menjadi kendur dan kumal. Bahan pustaka akan menjadi semakin rusak apabila berada pada tanggan pengguna atau peminjam yang tidak mengerti bagaimana memerlukannya bahan pustaka dengan baik.
V. PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN BAHAN PUSTAKA (TINDAKAN
PREVENTIF).
Seperti halnya penyebab kerusakan, cara penanggulanganya dibagi menjadi 3
kelompok untuk mengantisipasi faktor penyebab kerusakan dan akibat yang
ditimbulkannya sesuai dengan kondisi bahan pustaka tersebut. Kondisi bahan pustaka dapat dibagi menjadi 3 kelompok, Yaitu : Pertama, bahan pustaka yang masih dalam keadaan baik. Kedua, bahan pustaka yang sudah dihinggapi penyakit seperti kotor, mengandung asam dan rapuh. Dan yang Ketiga, bahan pustaka yang sudah rusak secara fisik (cacat) seperti rodek, berlubang, dan jilidannya rusak dan lain-lain.
Untuk bahan pustaka yang kondisinya termasuk dalam dua kelompok terakhir harus dilakukan treatment untuk mencegah kerusakan lebih lanjut . Treatment ini dilakukan terhadap tiap-tiap bahan pustaka, seperti pembersihan (cleaning), perbaikan-perbaikan kecil, menjilid dan memperbaiki jilidan, deasidifikasi, memberi perlindungan dengan dapat pelindungan atau dengan enkasulasi, serta konservasi yang lebih kompleks lainnya. Untuk bahan pustaka yang kondisinya sudah terlalu parah, kandungan informasi yang ada dalamnya sebaiknya dialihkan ke media lain dalam bentuk mikro atau foto.
Pustaka Seperti halnya treatmen yang hanya ditujukan untuk memulihkan kondisi bahan pustaka yang telah berpenyakit dan cacat, dua kelompok cara penanggualngan yang lain itu pencegahan kerusakan karena faktor manusia melalui pendidikan dan pengawasn akan bermanfaat bagi semua bahan pustaka.
Perbaikan fasilitas meliputi pengendalian temperatur dan kelembaban udara, menyaring udara dan caya yang masuk ke dalam gedung perpustakaan, perbaikan lemari dan rak, penggunaan bahan yang memenuhi syarat untuk membuat kotak pelindung dan folder.
Kondisi lingkungan yang ideal bagi suatu perpustakaan temperatur dan kelembaban yang terkontrol, udara bersih dengan sirkulasi yang sempurna, bebas dari jamur, serangga dan binatang pengerat. Pemeliharaan dengan cara membersihkan bahan pustaka dna ruangan secara teratur, keamanan yang terjamin dan perlindungan dari banjir dan kebakaran termasuk pengendalian lingkungan untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan.
Tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan adalah
A. Pencegahan karena faktor Lingkungan
1. Mencegah kerusakan karena pengaruh temperatur dan kelembabab udara :
Temperatur dan kelembaban udara yang ideal bagi bahan pustaka adalah 200- 240 Cilegon dan 6-80% RH. Satu-satunya cara mendapatkan kondisi seperti ini adalah memasang Ac 24 Jam sehari selama 7 hari dalam seminggu. Misalnya timbul karena tidak semua perpustakaan mampu memasang AC seperti ini karena biaya operasionalnya besar. Jika AC dipasnag hanya setengah hari saja, maka kelembaban akan berubah-ubah kondisi seperti ini malah akan mempercepat kerusakan kertas.
Jika dalam suatu perpustakaan sudah terlanjur memasang AC dan dioperasikan hanya dengan hari saja karena pertimbangan biaya, karna sebaiknya AC distel temperaturnya 260-280 C untuk mencegah terjadinya fluktuasi temperatur yng tinggi pada siang dan malam hari, dan temperatur tersebut cukup sejuk bagi manusia dan aman bagi bahan pustaka.
Namun demikian jika terjadi temperatur dan kelembaban udara yang tinggi, maka untuk mencegah kerusakan bahan pustaka adalah dengan membuat ventihsi yang sempurna jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan dengan dehumidifier atau silica gel. Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan tertutup, sedangkan silica gel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari atau filling cabinet.
Alat yang dipakai untuk mengukur temperatur dan kelembabab udara adalag
hermohygrometer, thermohyrograp dan psychromer.
2. Mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya :
Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk menerangi perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam cahaya terdapat bermacam- macam sinar, akan tetapi yang merusak bahan pustaka kertas adalah sinar ultra violet.
Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik langsung atau pantulan harus dihalangi dengan gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultra violet dari lampu tersebut dengan memasang filter pada lampu TL.
3. Mencegah kerusakan karena pencemar Udara :
Bahan pencemar udara seperti gas-gas pencemar, partikel debu dan logam
yang merusak kertas dapat dikurangi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Ruangan menggunakan AC, karena dalam AC terdapat filter untuk menyaring
udara dan ruangan ber AC selalu tertutup sehingga mengurangi debu.
b. Di dalam ruangan dipasang alat pembersih udara (air cleaner). Di dalam alat ini terdapt karbon aktif yang dapat menyerap gas pencemar dan terdapat filter untuk membersihkan udara dari debu.
c. Menyimpan buku dalam kotak pelidnung.
4. Mencegah kerusakan karena faktor Biota
Tindakan preventif untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan pustaka secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan buku-buku tidak disusun terlalu rapat pada rak karena menghalangi sirkulasi udara.
Untuk mencegah menurnya jamur dan serangga dari luar, sebaiknya buku- buku yang baru dibeli atau baru diterima pihak lain difumigasi terlebih dahulu sebelum disimpan bersama-sama denganbuku yang lainnya. Pada rak diletakkan bahan-bahan yang berbau untuk mengusir serangga seperti kanfer, naftalen, paradichloro benzena atau PBC.
5. Mencegah kerusakan karena rak dan lemari yang tidak memenuhi syarat
Rak dan lemari yang dipakai utnuk menyimpan bahan pustaka harus terbuat dari bahan anti serangga dan tahan karat. Rak dan lemari ini juga harus sesuai dengan ukuran bahan pustaka yang akan disimpan. Buku-buku yang besar dan tebal harus direbahkan di atas rak untuk menhindari kerusakan secara fisik. Peta-peta harus dihampirkan dalam laci-laci yang sesuai dengan ukurannya.
6. Mencegah kerusakan karena bencana Alam :
Bahan pustaka yang kehujanan atau kebanjiran harus secepatnya dikeringkan
dalam ruangan hangat. Koleksi ini tidak boleh dijemur di panas matahari.
A. Tindakan preventif untuk mencegah kebakaran adalah :
Kabel listrik harus diperksi secara berkala
Bahan yang mudah terbakar harus dijauhkan dari bahan pustaka
Alarm seperti smoke delector harus dipasang utnuk mengetahui dengan cepat
adanya kebakaran.
Alat pemadam apa harus diletakkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau.
Alat pemadam kebakaran ini harus berupa gas karbon dioksida, bukan air.
B. Pencegahan kerusakan karena faktor manusia
Manusia merupakan perusak bahan pustaka yang cukup besar. Pengaruh ini dapat bersifat tak langsung seperti pencemar udara atau mutu kertas yang rendah yang dihasilkan oleh indutri kertas dan dapat bersifat langsung seperti kebakaran, kecurian dan salah penanganan. Kerusakan lain pada bahan pustaka adalah rendahnya standard mutu penjilidan. Teknologi tinggi seperti penggunaan AC yang tidak kontinu malah akan mempercepat kerusakan bahan pustaka. Pelaksanaan fotocopy yang tidak benar juga akan merusak bahan pustaka. Teknik penanganan yang salah dapat menimbulkan kerusakan fisik. Sedangkan salah pengolahan seperti penyimpanan bahan pustaka pada tempat yang mengandung resiko, tidak dibersihkan secara berkala akan menimbulkan kerusakan fisik karena kotor dan bahan pustaka yang kotor disukai oleh jamur dan serangga. Kerusakan yang fatal adalah karena lalai dalam persiapan menghadapi bencana alam.
1. Penataan dan Penyimpanan
Tempat penyimpanan yang tidak memadai dan tidak memenuhi syarat akan menyebabkan kerusakan fisik dan kimia pada bahan pustaka. Tempat penyimpanan harus terbuat dari bahan yang tidak membahayakan bahan pustaka. Seperti tempat untuk menggulung dan menyimpan mikrofilm harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, cukup lebar untuk menyangga buku tanpa ada bagian buku yang menonjol. Rak yang paling bawah sekurang-kurangnya harus berada 10 cm di atas lantai utnuk menjaga kemungkinan terkena air jika ada pipa air yang bocor. Rak buku harus diletakkan pada ruangan dengan ventilasi yang baik dan jaraknya cukup supaya dapat mengambil dan mengembalikan buku dengan leluasa.
Penyangga buku harus cukup lebar dan kuat agar dapat menahan buku
dengan tegak.
2. Pameran :
Pemeliharaan bahan pustaka yang sedang dipamerkan adalah sangat penting. Penempatan dna disain lemari panjang harus memperhatikan beberapa faktor. Umumnya lemari panjang diperpustakaan berbentuk seperti lemari atau boks segi empat yang bagian atasnya tertutup kaca. Bahan pustaka ini perlu dilindungi dari pencurian dan vandalisme. kondisi lingkungan perlu dimonitor untuk mengetahui tingkat kelembaban dan suhu udara. Kelembaban udara tidak boleh lebih dari 60% RII. Intensitas cahaya dan kandungan ultra violet harus ditekan serendah mungkin. Jilidan buku tidak tebal ditekan terlalu kuat dan harus diletakkan di atas tatakan yang lembut tanpa ada tekanan.
3. Penjilidan
Penjilidan yang kurang baik sering diterapkan pada buku-buku perpustakan tanpa mempertimbangkan keselamatan informasi yang ada didalamnya. Pustakawan harus turut memikirkan apa yang dibutuhkan oleh buku dari jilidannya dan harus tahu tipe jilidan yang baik bagi bahan pustaka.
Memotong bagian pinggir buku atau punggung buku tidak boleh dilakukan. Jilidan asli sedapat mungki harus dipertahankan. Semua bahan yang digunakan harus bebas asam, kuat dan stabil dan buku dengan kertas yang sudah rapuh tidak boleh dijilid kembali.
4. Kebersihan
Membersihkan ruangan dan bahan pustaka secara teratur merupakan
pekerjaan yang penting selain pengaturan suhu dan kelembaban udara. Menjaga agar
suhu dan kelembaban tetap stabil dalam suatu perpustakaan adalah tindakan preventif yang sangat efektif. Staf harus diberi informasi bagaimana cara membersihkan bahan pustaka yang benar, karena kadang-kadang staf tidak mengetahui cara membersihkan yang benar. ]
Monitor terhadap program pembersihan sama pentingnya dengan pembersihan itu sendiri. Pemeriksaan secara berkala pada koleksi dan fasilitas penyimpanan dapat mengetahui lebih awal kerusakna oleh serangga atau akibat kelembaban.
kebersihan dari staf dan pengguna jasa perpustakaan juga sangat penting.
Tangan dan tempat kerja harus bersih untuk menjaga agar buku tidak cepat dekil.
5. Penanganan :
Cara penanganan bahan pustaka tidak dapat dilakukan dengan baik oleh setiap orang akan tetapi harus diajarkan, dibimbing dan dibiasakan. Sikap staf adalah kunci dalam menerapkan penanganan bahan pustaka yang baik dan benar. Yang lebih pentin adalah sikap mengambil kebijakan yang mempunyai komitmen bahwa pelstarian adalah bagian integral dari misi perpustakaan.
Penangganan bahan pustaka yang baik dan benar adalah program pelestarian yang murah. Melatih staf dan pengguna jasa perpustakaan adalah pekerjaan yang relatif mudah dan akan menghemat dana karena dapat mengurangi kerusakan oleh salah penanganan oelh staf dan pengguna jasa perpustakaan. Hal ini juga akan menghemat dana untuk memperbaiki dna merawat koleksi yang rusak.
a. Penanganan secara umum : Bahan pustaka harus dilindungi dari penyebab kerusakan ari luar seperti debu, air, makanan, minuman, panas langsung dn kerusakan fisik lainnya. Sebagai contohnya : cairan apa saja tidak boleh berada di dekat bahan pustaka, demikian juga panas langsung mempunyai efek terhadap kerusakan bahan pustaka. Sudut halaman tidak boleh dilipat, demikian juga tidak beleh membasahi jari dengan ludah untuk membuka halaman buku.
b. Cover buku : adalah untuk melindungi blok (teks) buku dari kerusakan fisik. Buku baru atau buku yang dijilid kembali harus dibuka secara hati-hati. Buku tidak boleh dibiarkan tertelungkup, dan jilidan tidak boleh ditekan. Tidak boleh menggunakan karet gelang untuk mengikat buku dan tidak boleh menggunakan sellotape untuk menambal buku yang robek.
c. Penataan buku pada rak (shelving) : Menata buku pada rak juga harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan. Teknik yang benar pada saat mengambil dan menata pada rak harus diberi contoh dan praktekkan.
Buku sebaiknya ditata berdiri, kecuali buku yang terlalu tinggi atau terlalu lebar. Buku tidak boleh ditata miring, karena akan menyebabkan cover buku melengkung buku tidak boleh diletakkan dengan punggung di atas,karena teks buku akan terlepas dari covernya.
d. Memindahkan bhan pustaka : Bahan pustaka yang dipindahkan akan cenderung menjadi rusak,. Prosedur cara pemindahan yang benar harus dibuat utnuk mengurangi kerusakan dan staf harus dilatih dengan prosedur yang benar . Memindahkan buku biasa dilakukan dengan tangan, kotak (boxes) atau lori (kareta) bawahlah bahan pustaka semampu kita, untuk bahan pustaka dalam jumlah besar harus dibaa dengan kareta. Kareta dorong harus didisain sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan rusak. Dalam membuka bungkusan bahan pustaka harus dilakukan hati-hati, jangan menggunakan alat yang tajam.
Reproduksi : Kegiatan reproduksi seperti reprografi, fotografi dan fotocopy merupakan usaha pelestarian informasi bahan pustaka namun pelaksanaan yang kurang terkendali akan dapat menimbulkan kerusakan fisik bahan pustaka, seperti jilid dan buku menjadi rusak dan bahan pustaka yang rapuh menjadi hancur.
f. KontrolBibliografi : Kegiatan Perawatan yang harus tetap dilaksanakan pada saat pameran. pameran tetap yang diadakan di gedung perpustakaan dan arsip biaanya berlangsung dalam waktu yang relatif lama, untuk itu kondisi ruang pameran hendaknya selalu dipantau (kelembaban, temperatur, sinar dan debu). Penempatan dan desain pameran harus dipertimbangkan dan direncanakan agar tidak terjadi pencurian dan pengrusakkan atau rusak karena salag penanganan.
6. Pencurian danVandalisme : Yang tidak kalah pentingnya dari program pelestarian bahan pustaka adalah keamanan dari pencurian dan pengrusakan. Prosedur pengamanan dapar dilakukan dengan cara pengawasan dalam ruang baca, pemeriksaan tas, pemasangan detector pada pintu runag baca dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
1.Dureau J.M & Clements D.W.G. “Principles for The Preservation and
Conservation of Library Material, The Haque, IFLA, 19988
2.Feildem B.M “Introduction to Conservation”, Unesco, Rome, 1979
3.Helen Price “Stoping The Rot: A Handbook of Preventive Conservation for
Local Studies Collection”, Second, Australian Library and Information
Association NSW Branch, Sydney, 1989
4.Mary Lynn Ritzenthaler, “Archive & Manuscripts Conservation: Basic
Manual Series” Society of American Arcvests, Chicago, 1983
5.Pamela W. Darling, “Preservation Planning Program” Association Research
Libraries, Office of Management Studies, Washington DC, 1982
6.Muhammad Razak, dkk, “Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka”,
Perpustakaan Nasional Ri, 1995





Lampiran 2

Pelestarian (Preservation) Bahan Pustaka di Perpustakaan

Perpustakaan merupakan lembaga yang melayani kepentingan umum dan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efisien. Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relaif lama, perlu suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya, dan mempertahankan kandungan informasi itu yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka.
Menyimpan dan memelihara bahan pustaka harus di lakukan dalam kondisi yang baik, yang merupakan syarat terpenting untuk mencegah kerusakannya. Menurut Dureau dan Clement, dalam buku Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, menyebutkan bahwa pelestarian (preservation) mencakup unsur-unsur pengelolaan dan keuangan, termasuk cara penyimpanan dan alat-alat bantunya, taraf tenaga kerja yang iperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka serta informasi yang dikandungnya. Dengan demikian tujuan pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan kandungan informasi yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialihkan pada media lain, agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. sebagian besar bahan pustaka koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak yang umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami kerusakan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang dapat merusak bahan pustaka antara lain jamur, serangga, binatang pengerat, zat kimia bahkan manusia dan lain-lain. Sedangkan faktor internal yang marusak bahan pustaka adalah zat asam yang terkandung dalam kertas, dengan adanya zat asam ini kertas dapat rusak dari dalam, yaitu akibat sisa-sisa zat kimia pada saat pembuatan kertas. Oleh karena itu agar bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi yang berada di dalamnya dapat diakses oleh pemakai secara optimal diperlukan usaha pelestarian.
Koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak yang umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami kerusakan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Oleh karena itu agar bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi yang berada di dalamnya dapat diakses oleh pemakai secara optimal diperlukan usaha pelestarian yaitu sebagai berikut:
Ø Faktor penyebab kerusakan bahan pustaka
Untuk dapat memberikan perlakuan terhadap bahan pustaka yang tepat, agar terhindar dari kerusakan, perlu memahami faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut. Adapun faktor penyebab tersebut, sebagai berikut:
A. Faktor internal
Faktor internal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor buku itu sendiri, yaitu bahan kertas, tinta cetak, perekat dan lain-lain. Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, lambat laun akan terurai. Penguraian tersebut dapat disebabkan oleh tinggi rendahnya suhu dan kuat lemahnya cahaya. Kandungan asam pada kertas akan mempercepat kerapuhannya.
B. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor luar dari buku, yang dapat dibagi faktor manusia dan faktor bukan manusia. Faktor manusia, yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan pemanfaatan dan perlakuan terhadap bahan pustaka yang kurang tepat. Manusia, meliputi pustakawan sebagai orang yang memberikan layanan, dan pengguna yang terdiri dari mahasiswa, dosen, karyawan dan pihak luar. Larangan membawa makanan, minuman ke dalam ruang perpustakaan bukan merupakan hal yang tanpa alasan, sebab ceceran sisa makanan atau kandungan inyak, jika menempel pada buku akan mengundang serangga atau tikus. Pengguna perpustakaan kadang melipat halaman bagian yang dianggap penting, akan menyebabkan cepat rusaknya buku tersebut. Faktor bukan manusia, antara lain:
1. Suhu dan kelembaban udara
Suhu dan kelembabab udara ini sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara.
2. Serangga dan binatang pengerat
Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka, seperti kecoa, rayap, kutu buku dan lain-lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap
3. Kuat lemahnya cahaya
Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Kita tahu bahwa cahaya matahari maupun cahaya lampu listrik mengandung sinar ultra violet. Ultra violetinilah yang dapat menyebabkan rusaknya kertas/buku. Perhatikanlah kertas yang langsung kena sinar matahari, warnanya akan cepat berubah dan semakin suram.
4. Perabot dan peralatan
Perabot yang berhubungan langsung dengan buku/bahan pustaka adalah rak.Jumlah rak jika kurang sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan buku bertumpuk pada rak tersebut. Ukuran rak yang tidak sesuai dengan ukuran buku, dan penempatan yang terlalu rapat, dapat menyebabkan bahan cepat rusak. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan buku dari ruang ke ruang lain atau dari lantai bawah ke lantai atas pada gedung perpu Ada dua model dalam usaha pelestarian, yaitu pelestarian bentuk fisik dokumen dan pelestarian nilai informasinya. Model pertama terlaksana dengan pengurangan tingkat keasaman kertas, laminasi, enkapsulasi, penjilidan, restorasi dan dokumen lain-lain. Sedang model kedua dengan cara mengalihkan bentuk atau medianya. Informasinya tidak hilang walaupun media atau bentuk pembawa informasinya diubah dari kertas ke bentuk lain yang dianggap lebih efektif dan efisien, seperti bentuk mikro (microform), video disk (CD), pita magnetik dan lain-lain.
Pelestarian dari segi pelestarian informasinya (model kedua) yang penulis fokuskan pada pembahasan alih media informasi ke dalam bentuk digital seperti CD. Ruang lingkup pembahasannya mencakup pengertian alih media informasi, mengapa dilakukan, bagaimana melakukannya dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaanya. Perawatan dapat ditempuh dengan cara fumigasi atau pengasapan (Purawijaya, 1983), terutama untuk mengatasi kerusakan akibat faktor biologi seperti kecoa, silver fish, kutu buku (booklice), rayap, larva kumbang bubuk (bookworm), dan jamur. Kegiatan pelestarian sebelumnya hanya berupa perbaikan koleksi perpustakaan yang rusak, seperti penjilidan dan penjahitan kembali. Sejalan dengan perkembangan teknologi mikrofilm, maka mulai tahun 1970 teknologi ini dimanfaatkan untuk pelestarian koleksi perpustakaam, selain laminasi dokumen per lembar serta penjilidan dan penjahitan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa Pelestarian koleksi perpustakaan merupakan kegiatan penting dalam lingkungan perpustakaan untuk melindungi fisik dan kandungan isi informasi. Banyak faktor penyebab kerusakan koleksi perpustakaan seperti faktor lingkungan, manusia, dan penurunan kualitas itu sendiri Untuk upaya pelestarian.
Daftar Pustaka
DUREAU, J.M. dan Clement, D.W.G. 1990. Dasar-Dasar Pelestarian Dan Pengawetan Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional
H. Syamsuddin. 2007. Alih Media Informasi. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Bapustarda) Provinsi Kalimantan Selatan
Purawijaya, I. S. 1983. Pemeliharaan Dan Perbaikan Dokumen. Majalah Ikatan Pustakawan Indonesia 4 (4) : 178-186.
Surialaga, Tjettjep S. dkk. 2002. Pelestarian Koleksi Perpustakaan : Studi Kasus Di Pusat Perpustakaan Dan Penyebaran Teknologi Pertanian.. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 11, Nomor 2
Sumber Lain
http://www.jplh.or.id/elnv4 – JPLH | Jaringan Perpustakaan Lingkungan Hidup










Lampiran 3

Pentingnya Pemahaman Preservasi bagi Pustakawan


Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efisien. Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat diguinakan dalam jangka waktu yang relative lama, perlu suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya, dan mempertahankan kandungan informasi itu yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka.
            Pelestarian mencakup unsure-unsur keuangan dan pengelolaan, termasuk cara penyimpanan dan alat bantunya, taraf tenaga kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, tehnik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka sera informasi yanfg dikandungnya. Dengan demikian tujuan pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan kandungan informasi yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialuhkan pada media lain, agar dapat dimanfaatkan oleh penggua lain.
            Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa preservasi bahan pustaka ini menyangkut usaha yang bersifat preventif, kurativ dan juga mempersalahkan faktor-faktor yang mempengaruhipelestarian bahan pustaka tersebut.
            Unsur pengelolaan dan keuangan meliputi kegiatan bagaimana mengelola bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna dengan baik tanpa mengabaikan kelestarian bahan pustaka tersebut. Sedangkan dalam hal keuangan, seberapa besar anggaran yang dibutuhkan dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka, sehingga dengan jelas dalam mengalokasi biaya untuk kegiatan tersebut. Kebutuhan dalam pelestarian harus direncanakan dengan matang, sehingga dana yang terserap dapat dipertanggungjawabkan.
            Unsur cara penyimpanan meliputi kegiatan bagaimana memperlakukan bahan-bahan pustaka dalam pengaturan ditempat penyimpanan. Hal ini penting dsan perlu diperhatikan agar bahan pustaka yang dimiliki agar tidak cepat rusak, sebab sering kita jumpai jilidan buku rusak sebelum buku itu digunakan. Dimana bahan pustaka disimpan dn dipertonmbangkan, oleh siapa yang menyimpan, alat-alat bantu apa yang diperlukan untuk penyimpanan dan untuk kegiatan pelestarian padaumumnya. Alat-alat tersebut misalnya alat-alat untuk keperluan penjilidan, alat angkut beruipa kerewta dorong dan lain-lain.
            Taraf tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka ini menyangkut kuantitas dan kualitas, maksudnya berapa banyak teaga yang dibutuhkan dan dengaan kualifikasi bidang apa serta tingkat kemampuannya. Karena kegiatan preservasi bahan pustakaini bersifat preventiv disamping juga kuratif, diperlukan kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihal, baik pustakawan, tenaga administrasi, dan pengguna.
            Setiap perpustakaan perlu menegaskan sejauyh mana ia akan memperoleh bahan pustaka dan memelihara bahan-bahan yanag ditambahkan ke koleksinya. Kebijaksanaan ini akan berkaitan dengan keuangan. Kebijaksanaan dalam tahap awal dilakukan dalam seleksi bahan pustaka, yaitu memutuskan apakah akan menambah bahan koleksi atau tidak. Kemudian menentukan waktu yang diperlukan untuk menyimpan. Menyimpan bahan-bahan pustaka dalam waktu yang relatif lama memerlukan biaya besar, tempat penyimpanan dan pada akhirnyabiaya pengawetan dan perbaikan. Perpustakaan tidak selamany harus melestarikan kandungan informasinya kedalam bentuk fisik yang lain, misalnya dalam bentuk mikro(mikrofice/mikrofilm) atau CD-ROM.
            Selain itu semua pustakawan harus mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka. Adapun faktor penyebab tersebut antara lain :
  • Faktor Internal
Yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor buku itu sendiri, yatu bahan kertas, tinta cetak perekat dan lain-lain. Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai. Penguraian tersebut dapat disebabkan oleh tinggi rendahnya suhu dan kuat lemahnya cahaya. Kandungan asam pada kertas akan mempercepat karapuhannya.
  • Faktor Eksternal
Yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor luar dari buku, yang dapat dibagi faktor manusia danm faktor bukan manusia.
1.      Faktor manusia
Yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan pemanfaatan dan perlakuan terhadap bahan pustaka yang kurang tepat. Meliputi pustakawan sebagai orang yang memberikan layanan, dan pengguna. Larangan membawa makanan, minuman ke dalam ruang perpustakaan bukan merupakan hal yang tanpa alasan, sebab ceceran sisa makanan atau kandungan minyak, jika menempel pada buku akan mengunmdang serangga atau tikus. Pengguna perpustakaan kadang melipat halaman bagian yang dianggap penting, akan menyebabkan cepat rusaknya buku tersebut.
2.      Faktor bukan manusia antara lain :
o   Suhu dan kelebaban udara
Suhu dan kelembaban udara ini sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Dimusim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan timbulnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara.
o   Serangga dan binatang pengerat
Beberapa jenis serngga yang dapat merusak bahan pustaka, seperti kecoa, rayap, kutu buku dan lain-lain. Tikus merupakan binatang pengerta yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk apalagi ditempat gelap.
o   Kuat lemahnya cahaya
Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Kita tahu bahwa cahaya matahari dan cahaya lampu listrik mengandung sinar ultra violet. Sinar inilah yang dapat merusakkan buku/kertas.Perhatikanlah kertas yang langsung terkena sinar matahari, warnanya kana cepat berubah dan akan menjadi suram.
o   Perabot dan peralatan
Perabopt yang langsung berhubungan dengan buku/bahan pustaka adalah rak. Jumlah rak jika tidak sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatka buku akan bertumpuk pada rak tersebut. Ukuran rak yang tidak sesuai dengan ukuran buku, dan penempatan yang terlalu rapat, dapat menyebabkan bahan cepat rusak. Peralatan yang digunakan untuk pemindahan buku dri ruang ke ruang lain juga berpengaruh pada kerusakan bahan pustaka.
            Bertolak dari makna preservasi yang telah diulas dimuka, maka pustakawan perlu memahaminya. Hal ini penting karena :
  • Pustakawan dengan memahami tentang pelestarian bahan pustaka, mampu mengelola kegiatan tersebut, sehingga bahan-bahan pustaka sebagai koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam waktu yang relatif lama.

  • Pustakawan mampu mengelola kegiatan dalam pelestarian bahan pustaka. Pustakawan dapat merencanakan kegiatan, menetukan prioritas, dan menentukan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan rencana kerja tersebut.

  • Dengan memahami pengetahuan pelkestarian bahan pustaka, pustakawan dapat melakukan penyimpanan bahan pustaka sebagaimana mestinya. Memahami bahwa buku itu terdiri dari bahan organik yang bersifat tidak tahan lama. Proses kerusakan itu dapat dihambat dengan memperhatikan kebersihan, suhu dan kelembaban udara, pencahayaan dan sebagainya.

  • Seorang pustakawan dapat menentukan alat bantu yang tepat untuk keperluan kegiatan pelestarian bahan pustaka.

Dengan memahami tentang preservasi, pustakawan dapat menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan dan kualifikasinya. Hal ini berkaitan denga volume pekerjaan dan anggaran.

 Daftar pustaka
Oetomo, Santoso. Kerusakan bahan pustaka dan arsip karena faktor lingkungan dan cara penaggulangannya.
Soeprapto. Bahan mata kuliah Pemeliharaan Koleksi D3Perpustakaan UGM.





Lampiran 4


Bahan Kuliah Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka

PRESERVASI & KONSERVASI KOLEKSI
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP


Oleh:
Tamara A. Salim-Susetyo,S.S., M.A.
(berdasarkan buku Ross Harvey, 1993)


BAB II
Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Kondisi Rusak
Kondisi rusak didefinisikan sebagai menurunnya kualitas yang dimiliki oleh suatu bahan pustaka sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, yangdapat disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.

KERTAS
Kerusakan Kertas dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Sifat keasaman dari beberapa jenis kertas dan sifat dari lapisan penghasil gambar halida perak dari suatu foto yang sensitif dengan cahaya.
2. Kekuatan panas, kelembaban, cahaya, senyawa (substansi) biologi (jasad renik/ mikroorganisme seperti jamur, serangga dan binatang pengerat),
3. Manusia dan polutan atmosfir
4. Bencana

Proses Pembuatan Kertas
a. Proses Mekanik
b. Proses Kimiawi

Material yang ditambahkan pada bubur kertas:
a. Pemutih
b. Pengisi (tanah liat atau kapur)
c. Tepung Kanji

Sejarah pembuatan kertas
*Penggunaan palu tangan
*Penggunaan mesin mekanik pemukul kertas (Eropa awal abad 12).
*Hollander beater adalah mesin pertama yang digunakan oleh Belanda, seperti nama yang diberikan pada tahun 1680an. Mesin tersebut menggunakan mata pisau metal untuk menghaluskan serat.
*Tahun 1790 di Inggris penggunaan khlorin digunakan untuk memutihkan warna pada kertas koran.
*Kertas dibuat secara manual sampai tahun 1806, ketika mesin Fourdrinier mendapatkan hak paten.
*Pada abad pertengahan abad ke-18 persediaan kertas koran tidak mencukupi kebutuhan yang terus meningkat.

TINTA
Definisi Tinta
Tinta adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan bahan pustaka baik dalam bentuk tercetak maupun tertulis.
Sejarah Mengenai Tinta
a. Tinta yang digunakan pada manuskrip terbuat dari karbon, biasanya jelaga, dicampur dengan gum arabic. Tinta ini menghasilkan gambar yang sangat stabil.
b. Tinta cetak modern pada umumnya mempunyai zat tambahan, untuk mengeringkan dengan cepat serta mengurangi kemungkinan memudar, yang membuatnya kurang stabil.
Tinta Gentur
Di Indonesia dikenal dengan istilah tinta gentur, yaitu sejenis tinta tulisan yang terbuat dari jelaga yang dicampur dengan santan arang ketan. Tinta ini digunakan untuk menulis pada kertas daluang. Kertas daluang ini sekarang masih dilestarikan di daerah garut, sedangkan koleksi naskah daluang masih dapat dijumpai di Perpustakaan Nasional RI.


KAIN
Sejarah Penggunaan Kain sebagai Sampul Buku
Pertama kali digunakan pada abad 19 dan 20.
Kain buku dibuat di Inggris dari akhir tahun 1820an dan dengan cepat menggantikan kulit sebagai material penyampul utama.
Kain buku biasanya merupakan kain tenunan kapas yang diisi dengan sebuah pengisi untuk menjadi kaku/keras.

LEM
Digunakan dalam penjilidan buku
Kebanyakan lem rusak dimakan waktu dan hilang kelengketannya.
Lem juga secara permanen dapat menempal pada material yang direkatkan.

Jenis-jenis Lem
Lem yang terbuat dari kulit tulang binatang
Lem PVA (polyvinyl asetat)
Sellotape atau Tape scotch

Material Fotografi
Cakupan Material Fotografis Perpustakaan

film gambar hidup
bentuk mikro
cetakan fotografis seperti salt paper, albumen, kolodion dan cetakan gelatin.

Jenis Cetakan Fotografis
Cetakan kertas bergaram
Cetakan putih telur
Cetakan kolodium
Cetakan gelatin

Penyebab Kerusakan pada Foto
Proses material foto yang tidak memadai
Proses pencucian yang tidak benar
Polutan atmosfir pada material foto seperti hidrogen sulfida, amoniak, sulfur oksida, dan ozon
Temperatur, kelembaban , dan keasaman yang tinggi
Penyimpanan di dalam atau dengan material yang mengandung asam.

Optical Discs
Jenis Optical Disc

Videodisc
Compact disc
Disket

Daya Tahan Optical Disc
Kelangsungan optical disc belum dapat ditentukan.
Pada tahun 1989 kelangsungan arsip dari disk optik diperkirakan oleh pembuatnya setidak-tidak selama 10 tahun, walaupun beberapa diantaranya disiapkan untuk menjamin disc mereka lebih lama dari ini.

Sound Discs
Penyebab Kerusakan pada Rekaman Suara
Tekanan fisik
Temperatur yang terlalu rendah dan terlalu tinggi.
Jamur
Debu

Magnetic Media
Jenis Magnetic Media

Disket
Reel-to-reel tape
Kaset

Sejarah Penggunaan Magnetic Media
Mulai banyak digunakan pada akhir 1940an dalam bentuk reel-to reel tape dalam berbagai ukuran, format dan kecepatan.
Kaset mulai diperkenalkan pada tahun 1960an.

Penyebab Kerusakan pada Magnetic Media
Fluktuasi pada temperatur dan kelembaban relatif
Debu
Goresan
Pengaruh magnet

Daya Tahan Perangkat Keras Pita Magnetik
Dapat bertahan sampai 20 tahun jika disimpan dan dirawat dengan benar
Solusi yang baik untuk mencegah kerusakan data yang terdapat pada media ini adalah dengan memindahkan data dari pita magnetik ke media penyimpanan lain daripada berusaha untuk memelihara bahan pustaka yang terbuat dari pita magnetik.

Penyebab Eksternal Kerusakan Bahan Pustaka
Temperatur & Kelembaban Relatif
1. Kelembaban relatif digambarkan dalam kaitannya dengan temperatur, sejumlah uap air dalam suatu volume udara yang dinyatakan sebagai prosentase dari jumlah maksimum dimana udara dapat menjaga di temperatur yang sama.
2. Semakin hangat udara, maka semakin banyak uap yang dapat dihasilkan; oleh karena itu, jika temperatur meningkat tetapi tidak ada uap tambahan yang ditambahkan kepadanya, maka kelembaban relatif akan menurun.

Penyebab Kerusakan pada Koleksi Perpustakaan
1. Kandungan uap dan temperatur yang terlalu tinggi
2. Jika temperatur dan kelembaban relatif terlalu tinggi
3. Panas (dan, dingin)
4. Kandungan uap air
5. Perubahan temperatur yang cepat
6. Cahaya yang terlalu tinggi (termasuk sinar ultraviolet)
7. Polutan atmosferik
8. Debu dan kotoran
9. Substansi biologis (bakteri, jamur, lumut, serangga dan binatang pengerat)

Pencegahan kerusakan bahan pustaka terhadap temperatur dan kelembaban:
Kelembaban harus dijaga serendah mungkin
Sangat penting untuk memperlambat tingkat perubahan temperatur dan kelembaban relatif.

Batas Temperatur & Kelembaban Relatif
a. Kelembaban relatif dibawah 30% diperkirakan akan berbahaya karena mengeringkan material sehingga menjadi rapuh, sedangkan jika kelembaban relatif diatas 75 % tidak dapat diterima karena kemungkinan pertumbuhan jamur meningkat dengan pesat. Tingkat kelembaban relatif yang sesuai harus dijaga pada sekitar 47 % ± 2 %,
b. Tingkat temperatur harus dijaga pada sekitar 20 derajat Celcius ± 2 derajat celcius.

Hubungan Manusia dengan Kerusakan Bahan Pustaka
pertumbuhan populasi dan penggunaan material perpustakaan yang meningkat
sikap terhadap buku dan koleksi bahan pustaka perpustakaan
teknologi baru
penyalahgunaan dan penanganan yang salah.