Penyajian Informasi
di Museum Sejarah Jakarta
Mata Kuliah Informasi dalam Konteks Sosial-Budaya
Disusun oleh :
Bagus Ariowibowo
Deo Agung Sembada
Hanif Imanullah
Lydia Fahmawati
M. Usman Noor
Pamuka Prasetya
Ratmi Agustina
Tri Widowati
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2001
BAB I
TINJAUAN LITERATUR
1.1 Museum
1.1.1 Definisi Museum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum yang dimaksud dengan museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
1.1.2 Definisi Koleksi Museum
Semua koleksi di dalam museum merupakan benda cagar budaya. Benda cagar budaya berdasarkan Peraturan Pemerintah adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian- bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Benda cagar budaya merupakan benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
1.1.3 Penyajian Koleksi di Museum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum pada Pasal 27, penyajian benda cagar budaya (koleksi) di museum kepada masyarakat pada dasarnya dimaksudkan sebagai sumber informasi, sarana pendidikan, dan rekreasi. Penyajian koleksi tersebut tetap dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.
Pada pasal selanjutnya masih dalam Peraturan Pemerintah yang sama tertulis bahwa penyajian koleksi di museum dapat dilakukan melalui pameran, bimbingan atau panduan museum keliling, bimbingan karya tulis, ceramah, pemutaran slide/ film/ video, dan museum keliling.
1.1.4 Penyajian Informasi di Museum
Penyajian informasi dapat dicapai dengan membuat akses terhadap informasi yang mencakup ketersediaan informasi dan juga memastikan bahwa informasi yang disajikan dapat dipahami oleh pengguna/ pengunjung museum. Penyajian informasi akan menjadi efektif apabila pengguna juga memiliki pemahaman yang baik. Museum juga harus mampu memahami kebutuhan dari pengguna secara luas, kepentingan pengguna, selera pengguna, dan gaya belajar pengguna.
Keanekaragaman jenis koleksi merupakan kunci untuk sebuah museum dalam memenuhi perannya sebagai penyedia informasi dalam melayani masyarakat sebagai pengguna. Untuk menyediakan berbagai kebutuhan yang diingikan, informasi yang disajikan semestinya lengkap, tersturktur secara sistematis dari yang umum ke khusus, detail, dan jelas. Hal ini dimaksudkan karena pengguna menginginkan informasi yang banyak sesuai dengan kebutuhannya tetapi tanpa harus menderita oleh informasi yang berlebihan. Hal ini juga akan membantu bagi pengguna yang membutuhkan informasi mengenai koleksi museum sebagai bahan untuk penelitian.
Penyajian informasi di museum dapat disajikan melalui berbagai media. Penekanan dikhususkan pada media audiovisual. Media untuk penyajian informasi termasuk di dalamnya adalah transmisi TV, penyajian melalui teks, kaset audio dan video, data digital yang dapat di-download dari database museum, laser disc, dan realia.
1.2 Perpustakaan
1.2.1 Definisi Perpustakaan
Pada tahun 1970, The American Library Association menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian “ pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujukan “.
Dalam pengertiannya yang mutakhir, seperti yang tercantum dalam Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa “ perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
1.2.2 Fungsi Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka. Bahan pustaka yang dimaksud merupakan hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam pengertian perpustakaan yang mutakhir ini juga tersirat fungsi perpustakaan pada umunya, yaitu sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.
BAB II
PENYAJIAN INFORMASI DI MUSEUM SEJARAH JAKARTA
2.1 Profil Museum Sejarah Jakarta
2.1.1 Sejarah Singkat
Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Gedung Museum Sejarah Jakarta mulai dibangun pada tahun 1620 oleh ‘'’Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen. Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah oleh Gubernur Ali Sadikin.
2.1.2 Visi dan Misi
Visi Museum Sejarah Jakarta adalah menggambarkan harapan museum di masa depan, yaitu untuk menjadikan Museum Sejarah Jakarta sebagai objek wisata unggulan. Hal ini berkaitan dengan lokasi di mana Museum Sejarah Jakarta berada, yaitu di wilayah kota tua Jakarta yang sejak tahun 2007 telah diresmikan sebagai salah satu daerah wisata.
Misi yang diemban Museum Sejarah Jakarta selain melaksanakan berbagai fungsi museum juga bermaksud untuk memberikan pelayanan jasa infromasi sejarah kota Jakarta.
2.1.3 Tujuan
Museum Sejarah Jakarta bertekad untuk bisa menjadi pusat informasi sejarah kota Jakarta dan tidak ingin sekedar menjadi tempat untuk menghimpun, meneliti, memelihara, dan memamerkan benda koleksi serta menyajikan informasi sejarah kota Jakarta saja, tetapi juga bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa Indonesia mau pun asing, anak-anak, orang dewasa, bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi.
2.1.4 Fasilitas
Fasilitas yang terdapat dalam Museum Sejarah Jakarta adalah perpustakaan, kafe museum, toko souvenir, musholla, ruang pertemuan dan pameran, serta taman dalam.
2.1.5 Jam Operasional
Waktu buka Museum Sejarah Jakarta adalah pada hari Selasa sampai dengan Minggu pukul 09.00 – 15.00 WIB. Hari Senin dan hari libur nasional Museum Sejarah Jakarta tutup.
2.1.6 Harga Tiket
· Dewasa Rp. 2000
· Mahasiswa Rp. 1000
· Pelajar/Anak Rp. 600
· Rombongan Dewasa Rp. 1500
· Rombongan Mahasiswa Rp. 750
· Rombongan Pelajar/Anak Rp. 500
Rombongan minimal 20 orang.
2.1.7 Alamat
Museum Sejarah Jakarta Jalan Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat
Telp. (62-21) 6929101, 6901483
Fax. (62-21) 6902387
2.2 Koleksi Museum Sejarah Jakarta
2.2.1 Jenis Koleksi
Koleksi di Museum Sejarah Jakarta mencapai 23.500 buah. Koleksi terdiri atas berbagai macam bahan material baik yang sejenis maupun campuran, meliputi logam, batu, kayu, kaca, kristal, gerabah, keramik, porselen, kain, kulit, kertas dan tulang. Koleksi yang dipamerkan berjumlah lebih dari 500 buah, yang lainnya disimpan di storage (ruang penyimpanan). Umur koleksi ada yang mencapai lebih 1.500 tahun khususnya koleksi peralatan hidup masyarakat prasejarah seperti kapak batu, beliung persegi, kendi gerabah. Koleksi warisan museum berasal dari abad ke-18 dan 19 seperti kursi, meja, lemari arsip, tempat tidur dan senjata. Koleksi jenis furniture ini berjumlah 2000 buah.
2.2.2 Asal Koleksi
Koleksi yang terdapat di Museum Sejarah Jakarta berasal dari Museum Nasional Indonesia. Selain itu koleksi juga berasal berasal dari warisan Museum Jakarta Lama (Oud Batavia Museum), hasil upaya pengadaan Pemerintah DKI Jakarta dan sumbangan perorangan maupun institusi.
2.2.3 Penyajian Koleksi
Penyajian koleksi di Museum Sejarah Jakarta dilakukan berdasarkan kronologis sejarah Jakarta, dan Jakarta sebagi pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok suku bangsa baik dari dalam maupun dari luar Indonesia. Untuk menampilkan cerita berdasarkan kronologis sejarah Jakarta dalam bentuk display, diperlukan koleksi-koleksi yang berkaitan dengan sejarah dan ditunjang secara grafis dengan menggunakan foto-foto, gambar-gambar dan sketsa, peta dan label penjelasan agar mudah dipahami dalam kaitannya dengan faktor sejarah dan latar belakang sejarah Jakarta.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pihak museum dalam metode penyajian pameran mereka pertama adalah alur cerita yang disajikan harus jelas, sehingga pengunjung tahu arah pergerakan mereka setelah melihat satu sajian menuju sajian berikutnya, walaupun tanpa arahan dari pemandu. Koleksi yang ditampilkan juga harus benar-benar mewakili periode tertentu dari sejarah Jakarta, karena saat ini masih ada pengunjung yang merasa beberapa objek yang ditampilkan pada salah satu ruang pameran tidak memiliki keterkaitan dengan sejarah kota Jakarta.
Penyajian koleksi dalam ruang pamer Museum Sejarah Jakarta masih harus ditunjang dan dikemas lebih lanjut agar menarik dan dapat memberikan suatu nuansa dan pengalaman baru bagi pengunjung.
2.3 Penyajian Informasi Museum Sejarah Jakarta
Penyajian Informasi dalam museum merupakan hal yang sangat penting karena pengunjung dapat memperoleh informasi koleksi dari penyajian informasi yang ditampilkan. Tampilan dalam tata pamer museum tidak perlu canggih atau terkesan mewah, karena yang terpenting adalah bagaimana informasi dapat disampaikan dengan cara yang sederhana, singkat, tetapi tetap jelas dan berkesan (Goodlad dan McIvor, 1998). Salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan mengganti informasi pada label koleksi secara berkala. Seperti yang kita ketahui bahwa dari satu koleksi, dapat dimunculkan berbagai macam cerita dan makna yang dapat dikaitkan dengan berbagai peristiwa. Namun, tentunya untuk dapat membuat suatu cerita atau makna dibalik koleksi tersebut, pihak museum harus melakukan penelitian sekaligus interpretasi terlebih dahulu mengenai koleksi yang akan ditampilkan.
Sebagai alternatif, informasi koleksi juga dapat diberikan lewat konsep edutainment, yang memadukan antara unsur pendidikan (education) dengan hiburan (entertainment). Informasi ini dapat disampaikan lewat teknologi digital, yang telah dikemas dalam satu program khusus, sehingga dapat dioperasikan lewat komputer. Kemudian bila memungkinkan, dapat dimasukkan berbagai permainan yang berkaitan dengan koleksi museum, seperti misalnya menyusun puzzle menjadi bentuk salah satu koleksi museum.
Konsep edutainment ini juga akan sangat baik sekali bila dapat diterapkan di MSJ, karena melihat tujuan kunjungan pengunjung museum hampir 50% adalah untuk rekreasi, maka hal utama yang mereka cari adalah sesuatu yang dapat menghibur dan membuat mereka nyaman. Namun, yang terpenting dari konsep ini adalah bagaimana pengunjung dapat belajar di museum dengan cara yang menyenangkan.
2.3.1 Penyajian Informasi Pada Setiap Koleksi
a. Standing Label
Informasi yang disajikan pada beberapa koleksi Museum Sejarah Jakarta disajikan dengan menggunakan standing label yang diletakkan di samping kanan, kiri, atau di depan koleksi yang dipamerkan. Informasi yang disajikan pada standing label berupa nama koleksi, kegunaan dari koleksi, asal dari koleksi, penjelasan singkat mengenai sejarah koleksi yang dipamerkan dan disertai gambar yang berukuran kecil.
b. Board/ Papan besar
Selain pada standing label, informasi mengenai koleksi museum juga disajikan pada board/ papan besar yang berada dibelakang atau disamping koleksi yang dipamerkan. Informasi yang disajikan tidak jauh berbeda dengan informasi yang disajikan pada standing label, hanya saja isi atau penjelasan pada board/ papan besar lebih mendetail mengenai sejarah koleksi tersebut. Namun ada beberapa kelemahan dalam penyajian informasi yang disajikan pada board/ papan besar yaitu tampilan penyajian informasi menggunakan huruf yang sangat kecil sehingga pengunjung terkadang merasa kesuliatan jika ingin mengetahui informasi mengenai koleksi tersebut dari jarak jauh. Pengunjung harus mendekat dengan board/ papan besar agar bisa membaca dan mengetahui informasi yang disajikan mengenai koleksi yang dipamerkan.
c. Papan Kecil
Penyajian informasi koleksi museum juga disajikan dengan menggunakan papan kecil. Informasi yang dikemas dan disajikan pada papan kecil berisi informasi yang sangat singkat dan kurang mendetail. Selain itu informasi yang disajikan pada papan kecil juga menggunakan huruf yang sangat kecil, sehingga sulit dijangkau oleh pengunjung yang ingin mengetahui informasi mengenai koleksi tersebut. Terkadang pengunjung juga terpaksa jongkok untuk bisa membaca tulisan tentang informasi koleksi museum yang disajikan.
d. Tidak Terdapat Informasi yang Disajikan
Disamping penyajian informasi dengan menggunakan beberapa media seperti standing label, board/ papan besar, papan kecil, ada beberapa koleksi museum yang tidak diberi penjelasan mengenai informasi koleksi museum yang dipamerkan. Hal ini tentu saja akan membuat pengunjung merasa kesulitan yang ingin mengetahui penjelasan siangkat atau sejarah tentang koleksi tersebut. karena sama sekali tidak ada informasi yang disajikan.
3.3.2 Penyajian Informasi Kepada Pengunjung
a. Brosur
Promosi museum dapat dilakukan dari dalam atau dari luar museum. Promosi dari dalam mencakup semua tindakan promosi yang dilakukan oleh pihak museum, sedangkan dari luar adalah kegiatan promosi yang dilakukan oleh pihak lain diluar museum (A. Palmer, Principles of Services Marketing, McGraw-Hill, 1994 dalam McLean, 1997 : 140). Seperti museum pada umumnya, Museum Sejarah Jakarta juga mengandalkan media promosi berupa brosur untuk memperkenalkan museumnya, dibandingkan dengan media lain seperti leaflet, poster atau website. Namun, brosur juga menjadi kelemahan dari sarana promosi ini karena hampir menjadi kelemahan semua museum di Indonesia. Kebanyakan museum tidak memperhatikan brosur yang mereka buat, bahkan terkadang informasinya tidak up to date, dan tampilannya tidak menarik, padahal brosur (serta leaflet dan alat promosi lainnya) selain bertujuan untuk mempromosikan museum, juga berperan untuk memberi pengetahuan kepada pengunjung dan masyarakat luas.
Brosur dan leaflet sebenarnya tidak perlu dibuat dengan bahan yang mahal, karena yang terpenting adalah informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Sebaiknya pula, brosur dan leaflet ini tidak hanya diberikan kepada pengunjung yang datang ke museum tersebut, tapi justru di tempat-tempat umum dimana orang belum mengetahui tentang museum yang bersangkutan, seperti di terminal bandara, toko buku, tempat-tempat wisata, agen wisata perjalanan, dan lain-lain. Sebenarnya, dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh Museum Sejarah Jakarta, media promosi yang paling tepat adalah dengan promosi dari mulut ke mulut. Itu berarti, peningkatan pelayanan di museum harus diperbaiki dan ditingkatkan, karena pelayanan inilah yang dapat menjadi ujung tombak dibandingkan dengan produk museum lainnya.
Peran pemandu dan front line staff lainnya menjadi kunci keberhasilan promosi ini. Bagaimana mereka melayani pengunjung dan membuat mereka merasa nyaman dengan kunjungannya akan menjadi pengalaman berharga bagi pengunjung yang akan mereka bagi dengan orang lain.
b. Buku Petunjuk
Dalam rangka meningkatkan pelayanan pengunjung Museum Sejarah Jakarta menerbitkan buku panduan atau buku petunjuk bagi para pengunjung museum dengan tujuan memberikan panduan kepada masyarakat tentang koleksi museum yang dipamerkan dan bagaimana cara mencapainya. Dalam buku panduan tersebut pihak museum mencoba memberikan gambaran secara ringkas tetapi jelas, tentang museum sejarah Jakarta yang meliputi sejarah gedung serta koleksi yang ada didalamnya. Selain itu buku panduan dilengkapi tentang bagaimana mencapai museum sejarah Jakarta dengan cepat, mudah dan biaya yang murah.
2.4 Perpustakaan
Museum Sejarah Jakarta dilengkapi dengan perpustakaan. Perpustakaan ini terletak di sebelah kiri setelah pintu masuk dan menuju patung hermes. Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta mempunyai koleksi buku 1200 judul. Bagi para pengunjung dapat memanfaatkan perpustakaan tersebut pada jam dan hari kerja museum. Buku-buku tersebut sebagian besar merupakan peninggalan masa kolonial, dalam berbagai bahasa diantaranya bahasa Belanda, Melayu, Inggris dan Arab. Yang tertua adalah Alkitab/Bible tahun 1702. Sudah sejak lama perpustakaan Museum Sejarah Jakarta ditutup karena kepala perpustakaannya sudah pensiun dan tidak merekrut pegawai lagi dan terhambat karena keterbatasan biaya.
BAB III
KESIMPULAN
Pekerjaan terberat bagi Museum Sejarah Jakarta adalah untuk menata kembali penyajian pameran tetapnya hingga dapat memberikan informasi sejarah kota Jakarta yang lengkap. Hal ini karena selain masalah belum tersedianya dana dari pemerintah daerah, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap koleksi yang nantinya akan disajikan dalam konsep penataan pameran yang baru. Oleh sebab itu, Museum Sejarah Jakarta dapat mulai menjalin kemitraan dengan beberapa pihak baru, atau mengembangkan kemitraan yang saat ini sudah ada, karena untuk membuat suatu penyajian pameran yang baru maupun pembuatan program-program edukasi akan lebih mudah dijalankan apabila ada bantuan dari pihak-pihak lain. Pengemasan produk-produk museum kemudian harus didukung pula dengan promosi, layanan yang maksimal dari staf museum dan fasilitas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyo,Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum. Jakarta: 1995.
Sulistyowati, Dian. Strategi Edukasi Museum dan Pemasarannya: Studi Kasus Museum Sejarah Jakarta. Depok : Universitas Indonesia , 2011.